Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #062] Kencing Peluntur Mantra Penangkal Gol

24 Juni 2021   20:49 Diperbarui: 25 Juni 2021   09:17 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Air kencing, Gurunami.  Kata ompungdoliku dulu, kekuatansemua mantra hilang kalau dikencingi."

"Hah! Kurangajar kau, Poltak.  Masa gurumu kau suruh kencing di tiang gawang.  Apa kata Pak Pendeta nanti!"  Guru Paruhum melotot pada Poltak.

"Bukan begitu, Gurunami.  Aku bilang, santabi,  air kencing.  Bukan minta Gurunami kencing di situ."  Poltak kembut juga melihat mata melotot Guru Paruhum.  Takut dirinya tersedot ke pelupuk mata gurunya itu.

"Oh. Ya, sudah.  Kau lalukanlah apa yang bisa kau lakukan," kata Guru Paruhum.  Dia mempercayakan penyelesaian masalah mantra itu kepada Poltak.

Poltak langsung berlari dan menghilang ke balik semak-semak di pinggir lapangan. Mengambil selembar daun talas liar di situ. Membentuknya jadi pincukan, lalu memerah kandung kemihnya untuk mendapatkan barang sedikit air kencing.

Dari balik semak-semak, pandangan mata Poltak terpaku pada sosok seorang guru SD Sibigo. Itu guru yang dilihatnya tadi membaca mantra di tiang gawang lawan.  Guru yang sama kini terlihat komat-kamit lagi di tiang gawang sebelah utara, gawang SD Sibigo pada babak kedua.

Begitu guru tadi beranjak pergi,  Poltak dengan cepat berlari ke gawang SD Sibigo, sambil mengibarkan bendera penjaga garis. Itu kamuflase untuk menghindari kecurigaan. Lalu, dengan cepat, dia mengencrotkan air kencingnya dari pincukan daun talas di kedua tiang gawang itu.

Dari kejauhan, Guru Paruhum mengamati aksi muridnya itu.  Poltak, setelah sukses menunaikan tugasnya, mengacungkan dua jempol tangan ke arah Guru Paruhum. Gurunya itu mengangguk puas.

"Anak-anak," kata Guru Paruhum kepada para pemainnya, "mantra penangkal gol sudah dilunturkan dari gawang lawan.  Sekarang takada lagi alasan untuk tidak gol.  Harus gol! Semangat!"

"Harus gol! Semangat!" teriak para pemain SD Hutabolon.

Bang Jonggi meniup peluitnya. Babak kedua segera dimulai. Para pemain kedua tim berlari memasuki lapangan dan menempati posisi masing-masing.  Tim SD Hutabolon di selatan, Tim SD Sibigo di utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun