Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Permakultur: Taman Nyaman, Dapur pun Aman

30 Mei 2021   23:27 Diperbarui: 1 Juni 2021   10:52 2105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klaster bumbu dapur di pekarangan (Dokumentasi pribadi)

Riset D.H Penny dan M. Ginting (1984) kemudian menunjukkan rata-rata 49% pendapatan rumah tangga di Miri Sriharjo bersumber dari pekarangan. Untuk rumah tangga miskin angka itu bahkan mencapai 72 persen. Sumbernya usaha gula kelapa (49%), ternak (7%), dan usaha pekarangan lainnya (44%). [2]

Pendapatan dari pekarangan rumah tangga desa di Niri Sriharjo besar karena pengusahaan ragam tanaman dan juga ternak di situ. Tergantung luas pekarangan, warga desa bisa menanam rata-rata 36 batang pohon di pekarangan dengan keragaman rata-rata 12 jenis pohon.

Orang desa Jawa umumnya menanam ragam tanaman keras tahunan di pekarangan. Hasilnya bisa diolah atau dijual langsung ke pasar. Misalnya kelapa, mangga, jambu, melinjo, asam, sawo, kluwih, srikaya, sukun, petai cina, blimbing, dan pace.

Ilustrasi pekarangan rumah di pefesaan Jawa (Foto: xi3ipatrinitas.wordpress.com/belinda solihin)
Ilustrasi pekarangan rumah di pefesaan Jawa (Foto: xi3ipatrinitas.wordpress.com/belinda solihin)
Kedua, katup pengaman dapur dalam arti sumber bahan pangan dan pelengkap pangan untuk dikonsumsi langsung. Ini jenis pendapatan yang langsung habis.

Selain menanam tanaman keras, orang desa Jawa juga mengusahakan ragam tanaman muda di pekarangan. Ada sayur-sayuran seperti bayam, tomat, labu siam, pare, kecipir, dan terung. 

Bumbu-bumbuan seperti jahe, kunyit, lengkuas, pandan, sereh, jeruk purut, jeruk limau, cabai, dan tomat. Umbi-umbian seperti keladi, gadung, ubi kayu, dan ubi rambat. Serta buah-buahan seperti pepaya dan pisang.

Nah, bagi orang desa Jawa pekarangan itu sumber bahan makanan setiap saat, bahkan di saat krisis. Ingin makan getuk, tinggal gali ubi kayu. Perlu buah, ambil pepaya atau pisang, juga sawo. 

Perlu sayur, ada daun singkong, daun pepaya, dan labu siam. Perlu bumbu masak ada kelapa, cabe, laos, jahe, sereh, juga mungkin kemiri. Semua ada di pekarangan, tak perlu beli di pasar.

Bagi orang Jawa di pedesaan, jelas sudah, pekarangan itu katup pengaman dapur. Karena itu usaha pekarangan, sesempit apa pun itu, wajib hukumnya dalam sistem ekonomi rumahtangga.

Permakultur, Menyulap Taman Jadi Pekarangan Alami

Saya hendak mengajak pembaca yang tinggal di kota dan desa-kota menyulap taman menjadi pekarangan alami. Pola pekarangan macam itu di negara-negara maju disebut permakultur, permanent agriculture.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun