Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #045] Nenek Tak Bisa Dibohongi

26 Maret 2021   05:10 Diperbarui: 26 Maret 2021   09:08 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto kolase FT

"Apa ini, Alogo!" Suara Guru Barita menggelegar.

"Huruf sambung, Gurunami," jawab Alogo tak yakin.  Mendadak hatinya kisut.  

Hari itu murid-murid kelas dua belajar menulis huruf sambung. Guru Barita sudah menuliskan contoh di papan tulis.  Kalimat peribahasa "Mati semut karena manisan."

"Huruf sambung ompungmu!" sentak Guru Barita. "Ini bukan huruf sambung!  Tapi huruf-huruf kau kasi garis sambung!"  Guru Barita meradang.

Rupanya Alogo tidak menulis kata  dan kalimat dengan huruf-huruf sinambung.  Tapi ditulisnya dulu huruf miring secara terpisah satu persatu.  Baru setelah itu antara satu dan lain huruf dalam tiap suku kata dibubuhkannya garis sambung. 

Sebenarnya, kalau dipikir-pikir, karya Alogo itu huruf sambung juga namanya.   Sekurangnya bisa disebut inovasi baru dalam teknik penulisan huruf sambung.

Anak-anak sekelas menertawakan Alogo.  Kecuali Poltak. Bukan karena dia berempati.  Bukan. Tapi karena bengkak di tenggorokan merintangi ledakan tawanya.

"Kalau aku tak congok, tak beginilah jadinya.  Pasti sudah sembuh."  Poltak menyesali dirinya. 

Rangkaian peristiwa beberapa hari lalu berputar seperti film di kepalanya.

"Kau pasti tarhirim.  Kau ingin makan apa, amang," tanya neneknya, hari Kamis minggu lalu, sore hari.  

Tarhirim, sangat ingin makan sesuatu tapi tak kesampaian. Itu diagnosa neneknya atas gejala bengkak di tenggorokan Poltak.  Alasannya, Poltak tidak demam.  Pembengkakan itu juga tak menimbulkan rasa sakit.  Cuma menyebabkan kesulitan bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun