Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kegagalan Rocky Gerung dalam Ujaran "Jokowi Produk Gagal"

11 Maret 2021   12:49 Diperbarui: 12 Maret 2021   10:19 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya, apakah Presiden (Jokowi) produk gagal dari sebuah Pilpres 2017? Tidak, dia adalah pemenang mutlak dan sah.  Dia produk sempurna, presiden sah menurut undang-undang dan peraturan perundangan. 

Pertanyaan lanjut, terkait jabatan Presiden RI, apakah relevan pembandingan "produk lokal" dan "produk asing."?  

Pada titik ini saya masuk pada irrelevansi penggunaan konsep "lokal" dan "asing."

Dalam UUD 1945  tegas dinyatakan bahwa Presiden RI adalah warga negara Indonesia (Pasal 6 ayat 1) yang dipilih langsung oleh rakyat (Pasal 6A ayat 1).  

Jadi jelas Presiden RI adalah produk (politik) lokal. Tak ada kemungkinan impor Presiden RI dari Cina atau Arab Saudi.  Karena itu tak ada relevansinya membanding Presiden Jokowi sebagai "produk lokal" dan "produk asing".

Dalam silogisma di atas, Premis [2] tak mungkin terjadi dan Premis [1] adalah kepastian (mutlak). Premis [2] itu dinegasikan Premis [1], sehingga sebenarnya hanya ada satu premis. Jika hanya ada satu premis, maka jelas tidak bisa ditarik satu kesimpulan logis.

Jelas ujaran RG tidak masuk akal karena mengandung madalah irrelevansi di dalamnya. Pertama irrelevansi penggunaan konsep "produk" dan irrelevansi pembandingan konsep "lokal" dan "asing".

Kedua,  kegagalan ujaran RG sebagai sebuah pernyataan (argumen) yang masuk akal (logis) karena faktor akontekstualitas.

Ujaran RG itu telah dicabut dari konteksnya, sehingga menjadi akontekstual, tanpa konteks. Hal itu sebenarnya sudah menjadi "metode" RG setiap kali mengritik ujaran Presiden Jokowi.

Konteks ujaran Presiden Jokowi -- cinta produk lokal benci produk asing -- adalah pemberian prioritas pada produk lokal (sendiri) ketimbang produk asing (impor) jika kualitas dan harga produk relatif setara atau bersaing. 

Jadi, pernyataan RG bahwa produk lokal harus bisa bersaing dengan produk asing dengan sendirinya tak relevan. Ini soal preferensi konsumen Indonesia yang cenderung "pro-asing" dengan alasan tertentu. Itu sebabnya Presiden Jokowi melobtarkan diksi "cinta" dan "benci". Ini sudah soal preferensi. Itu soalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun