Pertanyaannya, apakah Presiden (Jokowi) produk gagal dari sebuah Pilpres 2017? Tidak, dia adalah pemenang mutlak dan sah. Â Dia produk sempurna, presiden sah menurut undang-undang dan peraturan perundangan.Â
Pertanyaan lanjut, terkait jabatan Presiden RI, apakah relevan pembandingan "produk lokal" dan "produk asing."? Â
Pada titik ini saya masuk pada irrelevansi penggunaan konsep "lokal" dan "asing."
Dalam UUD 1945 Â tegas dinyatakan bahwa Presiden RI adalah warga negara Indonesia (Pasal 6 ayat 1) yang dipilih langsung oleh rakyat (Pasal 6A ayat 1). Â
Jadi jelas Presiden RI adalah produk (politik) lokal. Tak ada kemungkinan impor Presiden RI dari Cina atau Arab Saudi. Â Karena itu tak ada relevansinya membanding Presiden Jokowi sebagai "produk lokal" dan "produk asing".
Dalam silogisma di atas, Premis [2] tak mungkin terjadi dan Premis [1] adalah kepastian (mutlak). Premis [2] itu dinegasikan Premis [1], sehingga sebenarnya hanya ada satu premis. Jika hanya ada satu premis, maka jelas tidak bisa ditarik satu kesimpulan logis.
Jelas ujaran RG tidak masuk akal karena mengandung madalah irrelevansi di dalamnya. Pertama irrelevansi penggunaan konsep "produk" dan irrelevansi pembandingan konsep "lokal" dan "asing".
Kedua, Â kegagalan ujaran RG sebagai sebuah pernyataan (argumen) yang masuk akal (logis) karena faktor akontekstualitas.
Ujaran RG itu telah dicabut dari konteksnya, sehingga menjadi akontekstual, tanpa konteks. Hal itu sebenarnya sudah menjadi "metode" RG setiap kali mengritik ujaran Presiden Jokowi.
Konteks ujaran Presiden Jokowi -- cinta produk lokal benci produk asing -- adalah pemberian prioritas pada produk lokal (sendiri) ketimbang produk asing (impor) jika kualitas dan harga produk relatif setara atau bersaing.Â
Jadi, pernyataan RG bahwa produk lokal harus bisa bersaing dengan produk asing dengan sendirinya tak relevan. Ini soal preferensi konsumen Indonesia yang cenderung "pro-asing" dengan alasan tertentu. Itu sebabnya Presiden Jokowi melobtarkan diksi "cinta" dan "benci". Ini sudah soal preferensi. Itu soalnya.