Kehutanan akan membibitkan buah makadamia itu.  Setelah  cukup besar, bibit akan ditanam membentuk sabuk hijau anti-api, pelindung hutan pinus,  entah di mana. Disebut anti-api karena lantai hutan makadamia itu basah dan bersih dari semak dan rumput, sehingga tidak bisa dilewati api.
"Setuju!" Â Binsar dan Bistok menjawab bersamaan.Â
 "Uangnya bisa untuk beli limun juga.  Biar pandai seperti Poltak."  Binsar menambahkan. Â
"Limun pangkal pandai," timpal Bistok.
Tiga sekawan itu tertawa geli.  Mereka baru saja sukses  mengubah pepatah "rajin pangkal pandai" menjadi "limun pangkal pandai." Adakah seorang pujangga di negeri ini yang lebih kreatif dari mereka? (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H