"Bagus. Mulai."
"Satu kali sembilan belas sama dengan sembilanbelas. Dua kali sembilanbelas sama dengan tigapuluh delapan."
Tatapan Guru Barita lekat pada Poltak. Dia tahu, Poltak paling lemah dalam pelajaran berhitung. Terutama pada operasi perkalian. Mulutnya sudah siap membentak, sewaktu-waktu bila Poltak salah.
Murid-murid yang lain ikut pula tegang. Ingin tahu, apakah limun bisa bikin otak jadi encer. Poltak, anak yang paling payah dalam urusan berhitung di Kelas Satu, akan membuktikannya.
"Sembilan belas kali sembilan belas sama dengan tigaratus enampuluh satu."
"Bah! Hebat kau kali ini, Poltak." Â Guru Barita tak menutupi rasa takjubnya. Â Anak-anak Kelas Satu bersorak lega.
"Bagaimana caramu menghafalnya."
"Pakai limun, Gurunami."
"Limun? Kau apakan itu limun?" Guru Barita ingin tahu. Tiba-tiba dia merasa dungu.
"Aku minumlah, Gurunami. Setelah itu otakku langsung encer, Gurunami. Limun  itu ..."
"Ompungmu encer. Mana ada yang begitu. Sudah! Duduk sana!" Guru Barita memotong kalimat Poltak. Sekalian mengusir anak itu dari hadapannya. Bisa gila dia mendengar argumen ilmu limun Poltak.