Tapi pada hari ini Polmer sukses mengubah julukannya. Â Setelah sebuah peristiwa tanding gulat yang sangat seru dengan Bistok, "Si Kaki Tampah".
"Oi, Polmer! Berani tidak kau melawan Si Bistok!" Â Nah, provokasi Jonder ini yang menjadi pemicu.
Murid-murid kelas satu baru saja bubaran sekolah. Mereka berebutan keluar lewat pintu samping gereja. Â Pada saat itulah Polmer melancarkan provokasi.
"Bilang apa kau, Jonder!" Hardik Bistok yang keseniorannya merasa dinistakan.
"Bukan aku. Â Si Polmer itu. Â Katanya berani melawan kau adu gulat." Â Â
Provokator ternyata dilahirkan, bukan dibentuk secara sosial. Jonder buktinya. Sangat mungkin, dialah dulu yang memprovokasi babi waktu buang hajat, hingga bokongnya diseruduk dan digigit babi itu.
"Betul itu, Polmer? Â Kau menantang aku, ya!"
"Tidaklah ...," Polmer membantah. Â Suaranya bernada takut.
Tapi Bistok tak mau mendengar. Â Dengan tenaga penuh didorongnya Polmer sampai terjengkang. Perkelahian tak bisa dihindarkan lagi. Â Jonder tertawa puas.
"Oi, jangan begitu! Â Kalau mau gulat, ada aturannya!" Â Poltak berteriak mewasiti. Â Pikirnya, kalau tak bisa dihentikan, ya, dilanjutkan saja gulat. Â Tapia da aturan mainnya.
"Ayo! Â Naik ke bukit sana!" Â Poltak menunjuk ke arah bukit di belakang gereja. Tanding gulat harus dilakukan di tempat yang tersembunyi. Â Jangan sampai ketahuan oleh Guru Barita. Â Bisa runyam urusannya.