Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #020] Persiapan Kematian Buyut

15 Oktober 2020   17:36 Diperbarui: 19 Oktober 2020   10:14 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain sampul: FT; Foto: erabaru.com

Diam-diam, Poltak menyimak pembicaraaan antara kakek-buyut dan kakeknya.  Banyak hal tak bisa dipahaminya.  Tapi ada beberapa hal dimengertinya. Salah satunya, bahwa kematian harus disongsong dengan baik melalui persiapan yang matang.

Jenuh dengan pembicaraan para kakek-nenek, juga karena belum terpikir untuk  mati,  Poltak ingin cari angin ke luar rumah.   "Aku ke bawah dulu, Ompung,"  dia permisi.

"Sebentar.  Ini, ambil.  Untuk dimakan di bawah," nenek-buyutnya menyodorkan sesuatu yang berwarna kehitaman. "Ini gula tarik."

Gula tarik itu gula merah gagal.   Gula yang gagal mengkristal karena proses penggodogannya tidak sempurna. Hasilnya justru berupa karamel yang liat. 

Cara makannya, harus digigit sedikit lalu ditarik sampai putus.  Demikian terus-menerus sampai habis.

Di bawah, di halaman, Poltak terpukau pada dua batang,  peti mati, berukuran sangat besar yang diletakkan di kolong rumah. Peti itu dibuat dari batang kayu utuh.  Bentuknya mengambil pola dasar  bangunan rumah adat Batak.  

Itu adalah dua peti mati yang dipersiapkan untuk kakek-buyut dan nenek-buyut Poltak. Mereka berdua sudah siap lahir-bathin menjelang hari kematian, momen masuk ke hidup baru. Peti mati itu adalah simbol rumah baru.

"Amanguda Parandum memang belum boleh mati. Peti matinya belum disiapkan," Poltak membathin. 

Dia bersyukur, malam itu Parandum, amangudanya, tak hendak bunuh diri lagi. Cuma kencing di belakang rumah. Orang memang tidak boleh mati seenak udelnya, tanpa persiapan yang layak.

"Auh! Umh! Uh!" Poltak tiba-tiba berteriak kesakitan.  Dia mendadak tak bisa membuka mulutnya. Karena itu teriakannya tertahan.  

Neneknya buru-buru keluar rumah dan turun ke halaman.  Khawatir cucunya dalam bahaya.  Entah itu dipatuk ular atau digigit kelabang.  Atau sekurangnya mungkin melihat hantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun