"Tigapuluh satu, tigapuluh dua, tigapuluh dua ...."Â
Srat, srot, srat, srot. Â Ingus Tongam mulai hilir-mudik dengan dahsyatnya dari dan ke lubang hidungnya.
Dia mulai kehilangan konsentrasi. Â Serudukan anak Si Tingko semakin liar. Kuda-kuda kaki Si Tongam mulai goyah. Â Kakinya mulai bergeser mundur akibat dorongan anak kerbau itu.
"Tigapuluh lima, tigapuluh enam, tiga .."
Tongam secara refleks melap ingusnya dengan punggung lengan kanan. Itu kesalahan fatal. Cengkeramannya pada kepala anak Si Tingko mengendur. Â
Dalam sedetik, anak kerbau itu menanduk sekeras-kerasnya. Tongam langsung melayang ke udara. Lalu jatuh berdebum. Â Terlentang di tanah. Â Tepat pada hitungan ke tigapuluh tujuh.
"Maju kau, Bistok!" Binsar memberi komando.
Bistok maju ke tengah arena. Â Mulai memeluk kuat-kuat kepala anak Si Tingko. Anak kerbau ini mulai sombong karena kesuksesannya menaklukkan Tongam.
"Siap!" Â Bistok meneriakkan aba-aba.
"Satu, dua, tiga, ..." Â Bistok dan anak kerbau itu mulai adu kuat. Â Â
"Duapuluh satu, duapuluh dua, duapuluh tiga ..." Â Anak Si Tingko menyeruduk liar. Â