Jika sedang ditambatkan, maka kerbau itu akan menggulung tali penambat di tanduknya, lalu menariknya sekuat tenaga hingga  talutuk, pasak tambatan, tercabut.  Tidak ada yang bisa menahan kerbau hamil tua.
"Ayo, Halung! Ayo! Odon! Odon terus!" Â Poltak teriak-teriak menyemangati Si Halung untuk mangodon, mengedan, sekuat-kuatnya. Supaya anaknya lahir. Â
"Ayo! Ayo, Halung!" Â Poltak menepuk-nepuk tengkuk Si Halung. Â
Dia benar-benar berperan layaknya seorang dukun beranak untuk kerbaunya. Ya, dukun beranak spesialis kerbau.
"Bruk!" Â Bunyi benda jatuh terdengar dari arah pantat Si Halung. Â
"Lahir! Si Halung beranak!" Poltak berteriak girang. Seekor bayi kerbau jatuh ke tanah. Lahir. Begitulah caranya. Â
Si Halung langsung menjilati anaknya yang baru lahir itu. Â Seekor jantan.Â
Anak kerbau itu merengek, lalu mulai berusaha berdiri.
Pertama-tama limbung. Tak lama kemudian bisa tegak. Â Lalu mulai melangkah. Â Mencari puting susu Si Halung, induknya. Â Menyedot susu pertama. Â
Takjub. Â Poltak menyaksikan seluruh proses kelahiran anak Si Halung dengan rasa takjub luar biasa. Â
Sebenarnya, bukan pengalaman pertama baginya. Tapi tetap saja dia takjub.