Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemiskinan Sosial, Pandemi Covid-19 dan Risiko "Hilang Generasi" di Indonesia

30 Agustus 2020   15:16 Diperbarui: 1 September 2020   07:26 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi kerumunan di pasar semasa pandemi Covid-19 (Foto: bisnis.com/antara)

Indikasi kemiskinan sosial itu sangat mudah diukur dalam konteks pandemi Covid-19.  Dimana protokol Covid-19 paling banyak dilanggar, dengan konsekuensi pandemi Covid-19 juga paling meluas, di situlah tingkat kemiskinan sosial paling tinggi.  
Itu bisa dipegang sebagai hipotesis. 

Atas dasar itu maka bisa diduga tingkat kemiskinan sosial yang tinggi justru terdapat di daerah-daerah yang pertumbuhan ekonominya tinggi. Dalam hal ini DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Jawa Barat.

***
Pandemi Covid-19 yang berlarut-larut, dengan konsekuensi abnormalitas proses pendidikan dasar dan menengah yang juga berlarut-larut, perlu diwaspadai.   Karena hal itu mengandung risiko "hilang generasi" di Indonesia.  

"Hilang generasi" dalam arti terjadi kegagalan membentuk suatu generasi unggul yang memiliki kompetensi dan daya saing tinggi untuk membawa Indonesia pada posisi terhormat di antara bangsa-bangsa.

Skor PISA Indonesia kini termasuk terendah, jauh di bawah rata-rata dunia. Tahun 2018 skor literasi 371 (rerata OECD 487), matematika 379 (rerata OECD 489( dan sains 396 (rerata OECD 489). Artinya tingkat  literasi, matematika dan sains anak sekolah usia 15 tahun (peserta tes PISA) di Indonesia  sangat rendah.  

Proses pendidikan yang kacau-balau akibat Covid-19 seperti sekarang, jika berlarut-larut, diduga akan "membodohkan" satu generasi. Artinya Indonesia akan mengalami penurunan skor PISA tahun-tahun mendatang.

Ada satu langkah yang dapat ditempuh pemerintah untuk mencegah petaka "hilang generasi" itu yakni penanggulangan kemiskinan sosial.

Pandemi Covid-19 adalah konteks yang relevan untuk langkah penanggulangan itu.  Penegakan protokol Covid-19 secara tegas dan konsisten dapat menjadi instrumen pembentukan ikatan sosio-emosional dalam masyarakat.  

Terbentuknya ikatan sosio-emosional, atau tanggungjawab sosial pada keselamatan sesama, adalah kunci utama pemutusan rantai penularan Covid-19 untuk sekarang ini, atau selama belum ditemukan vaksin anti-Covid-19 yang efektif dan efisien.

Karena itu kepada Pak Jokowi, selaku Presiden RI, disarankan agar tidak fokus semata pada pengendalian kemiskinan ekonomi, tapi juga fokus pada penanggulangan kemiskinan sosial. 

Jika tidak, maka ada risiko Indonesia akan menjalani nasib layaknya  "Sisifus" di masa Pandemi Covid-19 ini.(*)
 
 
 
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun