Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemiskinan Sosial, Pandemi Covid-19 dan Risiko "Hilang Generasi" di Indonesia

30 Agustus 2020   15:16 Diperbarui: 1 September 2020   07:26 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi kerumunan di pasar semasa pandemi Covid-19 (Foto: bisnis.com/antara)

Akibatnya pemerintah akan tampak bagai Sisifus. Mendorong (lagi dan lagi) batu ke puncak untuk kemudian jatuh terguling ( lagi dan lagi) ke bawah. 

Kemiskinan ekonomi dikendalikan serendah mungkin dengan ragam cara, tapi kemiskinan sosial diabaikan. Akibatnya pandemi tetap meluas berkepanjangan, sehingga tingkat kemiskinan ekonomi tinggi lagi (dan lagi).

Konsep kemiskinan sosial metujuk pada konsep solidaritas sosial Emile Durkheim. Salah satu indikator utamanya adalah apa yang disebut Sarah Halpern-Meekin (2019) sebagai  ikatan sosio-emosional.

Ikatan sosio-emosional diartikan di sini  sebagai tanggungjawab sosial untuk menjaga keamanan, keselamatan, dan kenyamanan sesama dalam keluarga, komunitas dan masyarakat.

Ikatan sosio-emosional itulah yang lemah dalam masyarakat kita, pertanda kemiskinan sosial yang serius di Indonesia.  

Setiap warga negara ini kini cenderung mengutamakan kepentingan diri atau kelompoknya sendiri.  Tanpa perduli hal itu berpotensi merugikan atau mencelakakan orang-orang di liigkungan sosialnya.

***
Hubungan antara gejala kemiskinan sosial dan perluasan dan pelanjutan pandemi Covid-19 di Indonesia dapat merujuk pada sejumlah kasus empirik yang sempat viral.

Kasus-kasus resepsi perkawinan oknum polisi di masa pandemi, kengototan tokoh agama yang positif Covid-19 untuk memimpin ibadah, perampasan jenazah korban Covid-19 oleh pihak keluarga, unjuk rasa tanpa peduli protokol Covid-19, pelanggaran larangan mudik, dan kemalasan pemakaian masker dan cuci tangan di ruang publik adalah indikasi kemiskinan sosial pada pelakunya.

Masalahnya tindakan-tindakan semacam itu berpotensi memunculkan klaster baru penularan Covid-19 dan, sudah terbukti, memang demikianlah yang terjadi.  

Tokoh-tokoh utama pelaku tindakan semacam itu jelas menyandang kemiskinan sosial. Sebab dia hanya mementingkan keperluannya sendiri, tanpa perduli hal itu membahayakan keselamatan orang lain. 

Ketiadaan atau rendahnya ikatan sosio-emosional menyebabkan tanggungjawab sosial yang rendah. Perluasan pandemi Covid-19 di wilayah-wilayah merah untuk sebagian besar berakar pada gejala kemiskinan sosial yang melahirkan klaster-klaster penularan baru.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun