Intinya, selokan itu sempit, relatif dangkal, tidak tumbuh menjadi besar dan manfaatnya terbatas. Bahkan semakin ke hilir, jika bicara selokan irigasi, dia semakin kecil dan dangkal. Tidak seperti sungai yang luas dan dalam, semakin ke hilir tumbuh semakin besar dan memberi manfaat ganda. Â
Begitulah, "Kompasianer Selokan" adalah dia yang dari awal sampai akhir tidak pernah tumbuh-kembang. Â Tidak ada peningkatan signifikan pada mutu artikel-artikelnya. Â Boleh dikatakan stagnan. Â
Kalau dari awal sudah menulis artikel yang berwawasan sempit dengan analisis dangkal, sehingga manfaatnya minimalis, ya, seterusnya tetap begitu. Sekali selokan cacing tetap selokan cacing. Â Kira-kira begitu tamsilnya.
Ada risiko Kompasianer semacam itu jatuh pada varian selokan kuarter. Â Ini jenis selokan yang pemeliharaannya angin-anginan sehingga kerap mampet rtak mengalirkan air. Begitupun Kompasianer Selokan Kuarter, jerap angin-anginan lalu mandeg tak menulis artikel lagi.
Lalu, kalau dari awal  berkat kompetensinya Kompasianer Selokan itu sudah menulis artikel berwawasan cukup luas dengan analisis cukup (men)dalam, ya, seterusnya begitu juga. Sekali selokan primer tetap selokan primer. Seperti itulah ibaratnya.
Manfaat yang disumbangkan Kompasianer Selokan lewat artikelnya juga relatif terbatas, atau tidak berkembang. Itu-itu saja. Â Sama seperti selokan irigasi yang fungsinya memang untuk irigasi saja. Â Jika ada manfaat lain, misalnya untuk mandi-cuci-kakus, itu sifatnya periferal. Â
Demikianlah pemikiran tentang dua tipe Kompasianer: Sungai dan Selokan. Â Mudah-mudahan tak bikin pening.
Selanjutnya mungkin muncul pertanyaan, "Siapakah yang termasuk Kompasianer Sungai dan Kompasianer Selokan?" Juga pertanyaan, "Tipe manakah yang lebih baik?"
Terkait pertanyaan pertama, saya hanya bisa katakan, banyak Kompasianer Sungai dan banyak pula Kompasianer Selokan. Â Setiap Kompasianer silahkan memetakan diri sendiri. Kira-kira masuk tipe mana.
Tapi kalau masih memaksa untuk memberi contoh, saya bisa sebutkan nama seorang Kompasianer Selokan, varian saluran cacing, yaitu Felix Tani. Puas?
Tentang pertanyaan kedua, mana yang lebih baik, saya tak hendak menilai. Dari perspektif subyek Kompasianer sendiri, semuanya mungkin baik, karena setiap orang sudah merasa melakukan yang terbaik yang dia bisa.