Terkadang ada sungai yang dibendung. Â Bukan untuk menghentikannya. Tapi untuk menghimpun potensi. Untuk menggerakkan turbin penghasil energi listrik. Atau meluaskan manfaat menjadi air irigasi.
Manfaat sungai tak semata pembangkit listrik dan irigasi. Tapi juga untuk jalur pelayaran, sumber ikan, sumber air baku, tempat wisata, arena olah raga air, sampai tempat cuci dan mandi. Pendek kata sungai memberi banyak manfaat untuk banyak orang, tanpa pandang bulu.
Begitulah, "Kompasianer Sungai" adalah dia yang mulai dari penulisan artikel berwawasan "sempit" dengan analisis "dangkal". Â Dalam perjalanan waktu dia mendapat masukan, tambahan pengetahuan dan keahlian, baik tentang materi maupun teknik penulisan artikel, dari berbagai sumber di kanan-kirinya.
Segala masukan itu membuatnya tumbuh semakin "besar", mampu menghasilkan artikel yang berwawasan "luas" dengan analisis "(men)dalam". Â Lewat artikel semacam itu dia memberi manfaat besar kepada para pembacanya, baik manfaat pengetahuan dan pemahaman maupun inspirasi dan energi kreatif. Â
Tentang inspirasi dan energi kreatif itu, artikel Kompasianer Sungai mampu mendorong pembacanya untuk menemukan atau menciptakan sesuatu. Misalnya menemukan jawaban atas sebuah pertanyaan. Atau terinspurasi lalu kreatif menciptakan satu artikel baru.
Kompasianer Sungai tak meminta apapun kepada pembacanya kecuali hanya memberi dan memberi. Jika ada yang diharapkannya maka tak lebih dari suatu harmoni, saling pelihara relasi, agar prinsip memberi dan menerima yang terbaik berjalan secara lumintu.
Kompasianer Tipe Selokan
Selokan di sini bukan sinonim got, peturasan atau comberan. Â Ini perlu ditegaskan untuk menghindari seseorang terlalu kreatif menciptakan tipe "Kompasianer Comberan".
Dengan selokan dimaksudkan di sini adalah saluran air yang ajeg mengalir, tapi dari hulu ke hilir ukurannya dan debit airnya relatif sama. Selokan relatif sempit dan dangkal, atau tidak terlalu dalam. Â
Contoh terbaik selokan adalah saluran irigasi. Di Yogya ada misalnya Selokan Mataraman, penyalur air irigasi ke persawahan milik petani setempat.
Selokan irigasi itu semakin ke hilir semakin kecil ukurannya. Mulai dari selokan atau saluran primer (induk, utama), lalu sekunder, kemudian tersier dan terakhir kwarter, disebut juga "saluran cacing". Â