Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hikmah Covid-19, Gereja Katolik "Buka Pintu" ke Ruang Publik

11 Juni 2020   14:10 Diperbarui: 11 Juni 2020   18:24 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi umat Katolik mengikuti Perayaan Ekaristi Kudus secara online di rumah (Foto: republica.com/antara/budi candra setya)

Sebelumnya, tanggal 21-30 Mei 2010, Keuskupan Agung Jakarta juga melaksanakan Novena Roh Kudus. Ibadah ini dilaksanakan 9 hari berturut-turut dalam bentuk Perayaan Ekaristi. 

Di dalamnya ada doa permohonan 7 karunia utama Roh Kudus: takut akan Allah, kesalehan, pengenalan, keperkasaan, nasihat, pengertian, dan kebijaksanaan. Semua karunia itu akan menuntun umat pada perilaku beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang konstruktif dan produktif.

***
Perayaan Ekaristi atau Misa Kudus dan Devosi sejatinya hanya untuk diikuti oleh umat Katolik.  Tapi karena diselengarakan secara on-line, peribadatan itu dapat juga disaksikan atau diamati oleh umat Non-Katolik, baik secara real time atapun putar ulang rekaman.

Ada implikasi positifnya. Dengan membuka liturgi Gereja Katolik secara online ke ruang publik, umat beragama Non-Katolik mendapat kesempatan untuk mengetahui ajaran iman Katolik langsung dari "tangan pertama". 

Dengan begitu ada kesempatan membanding langsung dengan versi "ajaran Katolik" yang diumbar oleh para pengkotbah Non-Katolik. Misalnya oleh sejumlah ustadz/zah yang mengaku dulunya pastor atau suster.

Jika menyimak dengan cermat ibadah-ibadah Ekaristi Kudus dan Devosi (Novena) umat Katolik itu maka ada sejumlah kesimpulan yang dapat menjadi pelajaran.

Pertama, Gereja Katolik kini tidak lagi berorientasi ke dalam tapi ke luar.  Ketimbang sibuk dengan isu kepentingan internal Gereja Katolik, orientasinya kini adalah kepentingan bangsa dan negara, bumi, dan dunia. 

Karena itu dalam doa dan kotbah, tidak ada lagi isu "bela imam, umat dan agama (Katolik)" melainkan "bela bangsa dan negara". Itulah manifestasi 100 persen Katolik 100 persen Indonesia.

Kedua, Gereja Katolik hanya mengajarkan ajaran iman Katolik kepada umatnya, melalui kotbah maupun renungan-renungan yang dibawakan oleh para pastor dan uskup. 

Pantang membicarakan apalagi menjelek-jelekkan ajaran agama lain. Sebab ajaran Katolik tidak menjadi benar karena menjelekkan ajaran agama lain, melainkan karena sudah benar pada dirinya sejak dari mula.

Ketiga, tema setiap ibadah Katolik adalah kasih pada Tuhan dan sesama.  Itulah intisari Injil, alasan mengapa pada setiap ibadah Injil dibacakan dan direnungkan ulang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun