Sekarang soal akal sehat dan akal sakit atu sesat pikir dulu. Â Ada satu kasus aktual untuk mengujinya yaitu somasi Pemuda Muhammadiyah Jateng pada Ade Armando.(3, 4)
Pangkal soalnya ujaran Ade di Facebook-nya dilansir dari detikcom (1/6/2020): "Isu pemakzulan Presiden digulirkan Muhammadiyah. Keynote Speakernya Din Syamsudin, si dungu yang bilang konser virtual Corona menunjukkan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat." Â
Ujaran itu dituliskan Ade menanggapi  webinar "Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di Masa Pandemi Covid-19." Webinar ini digelar Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (MAHUTAMA) dan Kolegium Jurist Institute (KJI) pada 1 Juni 2020.
Dengan ujaran itu, Ade dianggap telah memfitnah dan mencemarkan nama baik Muhammadiyah dan Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin. Karena itu dia disomasi untuk mencabut ujarannya dan meminta maaf secara terbuka kepada Muhammadyah dan Din Syamsuddin.
Ade telah meminta maaf kepada Muhammadiyah, setelah ada klarifikasi Anwar Abbas, Ketua PP organisasi itu, bahwa MAHUTAMA Â telah mencatut nama Muhammadiyah.Â
Artinya, Ade telah mencabut frasa "Isu pemakzulan Presiden digulirkan Muhammadiyah" dari ujarannya. Â
Tapi Ade tidak mencabut ujarannya terkait Din Syamsuddin dan menolak minta maaf pada tokoh ini. Â Â
Bagi Ade, perkataan Din bahwa "konser virtual Corona menunjukkan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat" adalah ujaran "dungu", tidak konsisten dengan "akal sehat".
Ade bersedia mencabut ujaran itu dan minta maaf hanya dengan satu syarat: Â Din Syamsudin harus menjelaskan ujarannya bahwa pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat terkait konser virtual yang diprakarsai BPIP pada 17 Mei lalu untuk menggalang dana bantuan korban Covid-19.
Maksud Ade, jika Din Syamsuddin dapat menjelaskan bahwa ujarannya itu sesuai kaidah logika, akal sehat, maka Ade akan minta maaf dan mencabut ujarannya.
Sayangnya Din Syamsuddin menolak untuk mempermasalahkan ujaran Ade. Alasannya, menanggapi pernyataan tak berdasar dan bernuansa kebencian seperti itu hanya akan merendahkan harkat dan martabat. Dia lebih memilih mendoakan Ade agar diberiNya hidayah.(5)