Karena itu langkah terbaik adalah duduk bersama merumuskan strategi dan program pembangunan pertanian sawah Manggarai Raya ke depan.
Beberapa langkah berikut disarankan untuk segera dibicarakan, dirumuskan kebijakannya dan dilaksanakan dalam bentuk program-program kongkrit di lapangan.
Pertama, Â pembaruan teknologi pertanian sawah di Manggarai. Â Terutama teknologi benih yang masih mengandalkan varietas lokal dengan produktivitas rendah. Â Benih unggul baru, termasuk padi hibrida, harus mulai dipertimbangkan.
Teknologi "pertanian presisi" juga perlu dipertimbangkan untuk menghindari pemupukan berlebih dan teknik pertanaman yang tidak mendukung resistensi pada cekaman abiotik dan biotik. Â
Termasuk di situ penerapan mekanisasi untuk menghindari ketidak-tepatan dalam waktu pertanaman akibat kelangkaan tenaga kerja.
Kedua, pembaruan generasi petani dari generasi tua ke generasi milenial. Â Langkah ini harus ditempuh untuk menghindari petanian "punah" seiring "pergi"-nya generasi tua.Â
Untuk itu pertanian sawah Manggarai perlu dibuat menjadi "ramah millennial", mulai mengaplikasikan e-teknologi dalam manajemennya. Â
Ketiga, penetapan kawasan sawah berkelanjutan di Manggarai. Â Ini untuk menghindari penyempitan areal sawah karena terkonversi ke non-pertanian, antara lain perumahan, industri, dan pertambangan.Â
Dengan teknologi pertanian presisi, pertanian sawah dapat memberikan pendapatan yang setara nilainya dengan industri, baik bagi petani maupun bagi daerah (PAD).
Keempat, transformasi pertanian "komunal" (lodok-lingko) ke pertanian "korporat". Â Untuk itu lahan perlu dikonsolidasikan dan petani mengorganisasi diri ke dalam organisasi semacam Badan Usaha Milik Petani. Â Ini untuk memperkuat posisi tawar baik kepada pengusaha maupun pemerintah.
Langkah-langkah di atas saya rumuskan berdasar identifikasi masalah dan proyeksi ke depan, sebagaimana berkembang dalam diskusi di Kompasiana. Â