Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anies Menjegal Jokowi di Batas Kota

18 Mei 2020   05:21 Diperbarui: 18 Mei 2020   09:41 4961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mobilitas fisik hanya dimungkinkan antar daerah Jabodetabek. Itupun terbatas untuk warga ber-e-KTP DKI Jakarta.  Pemegang e-KTP non-Jakarta, berarti termasuk kelompok migran sirkuler, dilarang keluar-masuk Jakarta.

Untuk menegakkan Pergub itu, Anies sudah menyiapkan 49 titik pemeriksaan (check point) di batas kota.  Orang-orang yang dulu dibolehkan Jokowi untuk "pulang kampung" akan dicegat di sana. Demikian pula dengan arus-balik para "pemudik liar".  Tidak boleh masuk Jakarta. Sampai status pandemi Covid-19 sebagai bencana non-alam nasional dicabut.

Begitulah. Dengan Pergub 47/2020 itu Anies telah menunaikan tekadnya melarang orang keluar-masuk Jakarta. Persis seperti telah dikatakannya kepada James Massola, wartawan The Sidney Morning Herald. (6)

Dua Cerita Keras Kepala
Keras kepala itu "kepala batu". Gak bisa dibilangin. Semaunya sendiri.  

Nah, di masa pandemi Covid-19 ini banyak cerita "kepala batu".  Gak mau ikut protokol PSBB.  Ngeyelan.

Berikut ini dua di antaranya.

Cerita Orang Tambora. Ini kasus "kepala batu" Pak O, seorang warga Tambora, Jakarta Barat. Pak O itu bukan warga biasa.  Dia tokoh masyarakat. Selain Ketua RW, dia juga imam salat di mushola Baitul Muslimin di kampungnya.

Berdasar hasil test SWAB di Puskesmas Kelurahan Jembatan Besi, tanggal 8 Mei 2020 Pak O dinyatakan positif Covid-19. Tanggal 9 Mei petugas kelurahan dan Puskesmas datang untuk mengevakuasi Pak O ke Rumah Sakit. Tapi dia menolak dengan alasan, "Ini cuma gejala tifus."

Cilakanya, Pak O tidak mengisolasi diri. Tapi tetap aktif keluar.  Antara lain menjadi imam shalat tarawih di mushola Baitul Muslimin tanggal 7, 8 dan 9 Mei.  Jamaahnya ada 28 orang, sebagian tak pakai masker.

Akhir cerita, petugas kelurahan dan Puskesmas berhasil mengevakuasi Pak O ke RSUD Tarakan pada 10 Mei 2020.  Sementara 28 orang jamaah Baitul Muslimin dinyatakan berstatus ODP. Mereka harus isolasi mandiri 14 hari. (7,8)

Cerita Orang Madura. Ini cerita "kepala batu" 8 orang migran Jakarta asal Madura. Di Jakarta mereka cari nafkah sebagai pedagang beras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun