Berangkat dari predisposisi ini penulis akan mengarahkan opininya pada kesimpulan bahwa sikap Anies Badwedan adalah puncak gunung es ketidakpuasan daerah kepada pemerintah pusat.
Cukuplah tiga predisposisi, atau subjektivitas, itu untuk menunjukkan bahwa sebuah opini tidak mungkin netral sekalipun berangkat dari satu isu atau fakta yang sama.
Alasannya karena ada kepentingan subyektif di balik setiap opini. Karena itu dia berpihak.Â
Dalam simulasi di atas berturut-turut kepentingan yang mendasari adalah tegaknya sentralisasi kekuasaan, desentralisasi kekuasaan, dan  delegitimasi kekuasaan pusat.
***
Dengan artikel ini, saya tak bermaksud memaksakan pandangan bahwa artikel opini tidak pernah netral. Bagi saya begitu, bagi orang lain tidak.
Hanya saja, jika masih berkeras beranggapan artikel opini harus netral, objektif, tidak berpihak, maka silahkan mendefinisikan sendiri (apakah) "opini" (itu). Â
Selama opini dimengerti sebagai pemikiran atau argumentasi subyektif, maka tidak logis mengklaimnya obyektif dan netral.
Intensi utama artikel ini adalah dorongan menulis opini kepada rekan-rekan penulis, khususnya kaum millenial.
"Ayo, tulislah opini menurut caramu sendiri. Jangan engkau terbelenggu oleh borgol obyektivitas dan netralitas. Itu adalah mitos. Semakin subjektif dan berpihak opinimu, semakin tinggi nilainya."
Demikian pandangan saya, Felix Tani, terbuka untuk didebat.(*)
*Sempatkan jugalah membaca: Opini Itu Logis, Berpihak dan Indah  (K.11/5/2020)