Pak Arief tertawa hangat, tanpa kesan tersanjung. Â Lalu bilang, "Kehadiran Pak Felix di sini adalah bukti pengakuan Prof. Sajogyo terhadap program studi ini." Â Â
Giliran saya yang tertawa, tanpa bisa menutupi rasa tersanjung.
***
Program S2 Studi Pembangunan UKSW itu multidisiplin. Â Mengkaji proses-proses pembangunan secara kritis dari bebagai sudut pandang ragam disiplin ilmu. Â
Pak Arief, Doktor Sosiologi jebolan Universitas Harvard, Â seperti sudah bisa diduga, mengampu mata kuliah Teori-Teori Pembangunan. Â
Perkuliahan Pak Arief itulah yang membuka pemahaman saya tentang teori-teori besar modernisasi, dependensi, dan sistem dunia. Â Itu memperkaya saya yang datang dari disiplin Sosiologi Pedesaan yang bermain di aras teori-teori kecil.
Kuliah Pak Arief membuat saya paham bahwa masalah-masalah mikro di pedesaan adalah masalah-masalah struktural yang berkait dengan masalah-masalah makro. Â Keduanya bukan soal yang terpisahkan.
Pada akhirnya, Â saya harus mengakui, Pak Arief adalah salah seorang Guru terbaik untukku. Dalam arti memberikan sumbangan signifikan pada perkembangan pemikiran keilmuanku. Â
Sumbangan tidak terbatas dari kelas perkuliahan. Â Tapi juga diskusi di luar kelas. Â Semisal mengundang Herberth Feith, Indonesianis dari Monash University, untuk berbagi pengetahuan dan gagasan. Â Atau mengajak nonton pameran lukisan Semsar Siahaan (Alm.) Â sekaligus berdiskusi dengannya. Â Juga menikmati pembacaan puisi oleh Tukul, buruh seniman yang fenomenal itu.
Sumbangan siginifikan itu tercermin pada terbentuknya pemahamanku tentang kaitan makro-mikro. Â
Intinya, jika ingin memahami dampak kebijakan makro pembangunan, pelajarilah masalah empirik mikro. Â Sebaliknya jika ingin memahami masalah-masalah empirik mikro, pelajarilah kebijakan makro pembangunan.
Kebajikan Sang Guru adalah menyediakan pundaknya bagi Sang Murid sebagai pijakan untuk dapat melihat lebih luas dan jauh ke depan. Â Â