Â
Arief Budiman, dialah alasan tunggal bagiku. Sehingga mau menerima tawaran Prof. Sajogyo (Almarhum.), penemu Garis Kemiskinan Indonesia, "Ikutlah kuliah di Program S2 Studi Pembangunan UKSW Salatiga." Â
Saya mendaftarkan diri, ujian dan diterima menjadi salah seorang dari 14 orang mahasiwa Angkatan I Program S2 Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga. Waktu itu tahun 1987.
Pada hari pertama daftar ulang mahasiswa, Arief Budiman menjadi orang pertama yang saya cari untuk berkenalan. Waktu itu dia menjabat Sekretaris Program S2 Studi Pembangunan UKSW. Â Ketua Program-nya Prof. Soetarno, seorang teolog.
Saya mengetuk pintu ruangannya di lantai 4 gedung baru UKSW. Â Dia langsung membukakan pintu untukku. Â
Peristiwa itu memberi kesan khusus pada diriku. Â
Meja kerja Pak Arief, panggilan akrabnya, berada persis di sebelah kiri pintu. Â Dia duduk membelakangi dinding, menghadap jendela kaca ke arah Gunung Merbabu di selatan, memberikan pemandangan Gedung Rektorat UKSW.
Posisi duduk seperti itu memungkinkan Pak Arief untuk langsung membukakan pintu jika ada tamu yang mengetuk minta masuk. Â Â
Posisi duduk itu mencerminkan kepribadiannya yang terbuka dan hangat pada semua orang. Â
Beda benar dengan sejumlah Guru Besar yang saya kenal, yang mejanya berada di sisi lawan pintu, sehingga tamu langsung kerdil di bahwah tatapannya saat masuk ruangan.
Terus terang saya sampaikan padanya bahwa saya pengagumnya, karena pemikiran-pemikirannya yang kritis, dan bahwa dialah alasan utama saya bersedia menjadi mahasiswa Program S2 Studi Pembangunan UKSW.