Selayaknya kiblat itu disatukan dengan Gereja HKBP Dame di Saitnihuta. Karena itulah gereja pertama di Tanah Batak, tempat awal penyebaran ajaran Kristen kepada orang Batak, sebelum Nommensen pindah ke Pearaja.Â
Mungkin, Gereja HKBP Dame itu layak dijadikan sebagai simbol Bona Pasogit untuk seluruh umat Gereja Batak Protestan.
Tarutung Silindung barangkali semacam "tanah terjanji" yang terberkati. Di tanah ini ada kolam air panas (belerang) di Hutabarat, mungkin simbol kolam penyembuhan Siloam. Juga kolam air soda di Parbubu, mungkin simbol kolam penyembuhan Bethesda.Â
Di tengah tanah ini mengalir Aek Sigeaon yang tak pernah kering, mungkin simbol Sungai Jordan.
Barangkali, saat Nommensen  pertama kali datang tahun 1863 dan berdiri di atas bukit Siatas Barita memandang lembah Silindung yang indah permai, dia berbisik dalam hati, "Inilah Jerusalem Baru!" Maka dia kemudian membangun komplek "Huta Dame" (Jerusalem) di Saitnihuta, tepat di jantung lembah Silindung.
Nommensen, saya pikir, telah meletakkan dasar-dasar teologis Tarutung atau Rura Silindung sebagai "Jerusalem Baru". Tinggal bagaimana Pemda Tapanuli Utara dan Organisasi Gereja HKBP mengembangkannya untuk mewujudkan Tarutung sebagai kiblat ziarah rohani bagi umat Kristen Batak Protestan.
Demikian penceritaan dari saya, Felix Tani, petani mardijker, rindu Tarutung rindu Silibdung, menghabiskan masa kecil sampai remaja di sebuah kampung yang beribukotakan Tarutung.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H