Karena menafsir secara anarkis, maka kadang ada penolakan. Seorang pembaca pernah berujar, "Mengapa saya harus percaya pada kata satu orang, jika pendapat umum mengatakan lain?" Ya, mungkin rekan pembaca itu lupa bahwa kebenaran baru selalu berawal dari satu pendapat yang berbeda.
Begitulah, saya terus menulis di Kompasiana tetap dengan langgam anarkisme. Â Aku menulis apa saja dengan cara apa saja. Yang penting logis, etis, dan semoga estetis.
Tidak perduli apakah tulisanku tampil atau tidak menjadi Pilihan atau Artikel Utama. Itu tak perlu.Â
Anarkisme menurutku membuahkan kejujuran. Maka cukuplah jika aku telah menyajikan artikel yang jujur pada khalayak. Â Jujur dalam arti, itulah "signature"-ku.
Tapi Admin Kompasiana memang hiper-kreatif. Â Baru-baru ini dikeluarkanlah regulasi baru bahwa artikel dari Kompasianer terverikasi biru langsung dapat label Pilihan. Â
Aku tidak suka regulasi itu. Â Karena aku menjadi kehilangan instrumen pengukur mutu artikelku. Meskipun aku tidak perduli apakah artikelku Pilihan atau bukan, aku perlu juga alat ukur untuk menilai sejauhmana orang lain menghargai artikelku. Dalam hal ini, label "Pilihan" dan "Artikel Utama" menurutku adalah alat ukur yang cukup baik.
Nah, dengan menjadikan artikel Kompasianer terverikasi biru otomatis Pilihan, maka hilanglah kesempatan untuk evaluasi diri. Â Jangan dikira bahwa seorang anarkis tidak perlu evaluasi diri. Itu wajib hukumnya.
Admin Kompasiana rupanya menetapkan standar tinggi untuk Kompasianer terverikasi biru. Â Harus memenuhi kriteria "Artikel Utama". Â Label artikel "Pilihan" bukan lagi "prestasi". "Ora HL ora Elok," begitu mungkin etikanya.
Karena labelisasinya otomatis, Kompasianer verifikasi biru tak pernah tahu apakah artikelnya itu layak atau tidak dilabeli "Pilihan".Â
Bagiku itu adalah sumber derita baru. Terutama karena otomasasi label "Pilihan" itu disertai ancaman. Jika setelah sekian lama dan sekian judul artikel ditayangkan, tapi mayoritas artikel itu sebenarnya tidak layak jadi "Pilihan", maka Admin Kompasiana akan mengevaluasi status verifikasi biru Kompasianer yang bersangkutan.
Paham maksudnya? Jika kemudian terbukti Kompasianer verifikasi biru itu sebenarnya hanya menghasilkan artikel picisan, yang sejatinya tidak layak jadi "Pilihan", maka ada risiko verifikasi birunya dicabut. Â Jatuh lagi menjadi Kompasianer centang hijau (?)