Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Rabu 17 April 2019, Apakah Tuhan akan Kalah?

27 Maret 2019   14:39 Diperbarui: 27 Maret 2019   15:26 2492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: tribunnews.com

Glek, Poltak selayaknya kesedak bakpia bulat-bulat.   Tak bisa ngomong apapun lagi.

"Bah..!", mati kamus dia.  "Bu, ajarin anakmu, tuh."  Poltak yang kalah dalil akhirnya melempar tanggungjawab pada isterinya.

Perilaku Poltak sejatinya adalah perilaku politik di aras sosial terkecil.  Aras keluarga.  Untuk melegitimasi kekuasaannya sebagai kepala keluarga, Poltak meminjam kuasa yang inheren pada ayat-ayat Kitab Suci.

Dengan menyitir ayat-ayat suci, dia berharap anak perempuannya akan mengikuti nilai-nilai sosial-budaya yang ingin ditanamkannya.

Sadar atau tidak sadar, dengan cara itu, Poltak mengkondisikan keluarganya untuk berada dalam cara pikir masyarakat Tahap Teologis.

***

Dari aras anekdotas keluarga Poltak, sekarang coba naik ke aras faktual negara.

Ternyata, dalam konteks Pilpres 2019, terbaca gejala politisi mengiring masyarakat untuk kembali atau mungkin juga terkungkung dalam cara pikir masyarakat Tahap Teologis.  Padahal, faktual masyarakat Indonesia sudah berada pada Tahap Positivisme.

Artinya, para politisi itu menyeret mundur masyarakat ke belakang, atau ke tahap terbelakang dalam perkembangan masyarakat menurut Comte tadi.  Kalau dibilang tega hati, ya memang, sungguh tega!

Ambil contoh, ada politisi gaek yang pernah membuat dikotomi Partai Allah dan Partai Setan.  Itu artinya, jika memilih Capres yang diusung Partai Allah, berarti bersekutu dengan Allah.  Upahnya masuk surga.

Mengapa Capres itu yang diusung, tak perlu dipertanyakan. Itu kehendak Allah, maka harus diikuti.  Titik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun