Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Rabu 17 April 2019, Apakah Tuhan akan Kalah?

27 Maret 2019   14:39 Diperbarui: 27 Maret 2019   15:26 2492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: tribunnews.com

Poltak itu boleh dibilang 100 persen Batak Toba 100 persen Katolik.  Dia seorang chauvinis lokal, "Right or Wrong My Toba".   Sekaligus seorang agamis garis lurus, "Kata Kitab Suci A maka A".

Aneh sebenarnya, kalau dipikir bahwa Poltak itu pernah tinggal lama berkuliah di Yogyakarta dan kini tinggal di Jakarta.

Chauvinismenya sungguh menyunggi Toba sedemikian tingginya.  Dia yakin, seandainya Yesus Kristus lahir dan besar di Toba, pastilah Dia dan keduabelas muridnya lesehan makan arsik ikan mas  pada momen "Perjamuan Terakhir.

Setiap langkahnya, setiap argumennya, selalu dikembalikan pada ayat-ayat Kitab Suci.

Begitulah, ketika Saulina anak perempuannya lebih doyan makan roti ketimbang nasi, Poltak langsung berkotbah.

"Nak, nasi itu asli makanan orang Batak Toba.  Sejak jaman Si Raja Batak sudah begitu.  Maka cintailah nasi."

"Lagi pula," lanjutnya, "di dalam Injil jelas ada tertulis, manusia tidak hidup dari roti saja ."   Bla bla bla, masih panjang nasihatnya.

Daripada dinasihati terus pakai ayat-ayat suci, ya, sudah, Saulina anak perempuannya mengurangi makan roti dan memperbanyak makan nasi.

Tapi Poltak tidak selalu bisa berjaya dengan ayat-ayat suci.

Saulina, anak perempuannya itu, tak doyan makan sayur. Ketika dia panjang-lebar menasihati Saulina, anak terkasihnya mengucap dalil pemati kutu.

"Ayah, di dalam Injil tidak ada ayat yang bilang Yesus kecil rajin makan sayur."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun