Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ekologi Kuburan: Nyamuk Mengamuk, Kambing Merana

11 Maret 2019   16:03 Diperbarui: 11 Maret 2019   22:07 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekuburan Kampung Kandang, Jakarta Selatan hijau tanpa warna-warni bunga ziarah (Dokumentasi Pribadi)

Kios bunga sepi pembeli (Dokumentasi Pribadi)
Kios bunga sepi pembeli (Dokumentasi Pribadi)
Pedagang bunga memang menjadi pihak pertama yang terpukul dengan larangan menaruh bunga dalam pot di pekuburan Kampung Kandang. Omsetnya langsung anjlok sejak larangan diberlakukan. 

Jarang peziarah yang membeli bunga sedap malam, seruni, dan mawar. Percuma, tidak ada vas untuk tempat menaruhnya. Paling juga beli satu tangkai untuk diletakkan di atas makam. Tapi itu juga jarang.

"Pakai botol air mineral saja, Pak," saran pedagang bunga memberi solusi atas vas bunga yang diangkut petugas kelurahan. "Terimakasih," jawabku. Ini bukan soal solusiatas ketidaaan vas bunga. Tapi kepatuhan pada keputusan perang total melawan nyamuk yang dikomandoi Pak Lurah.

Sempat juga terpikir untuk menaryuh kembang plastik di makam. Tapi teringat imbauan pemmerintah untuk mengurangi penggunaan barang-barang plastik. Ya, sudah. Biarkan makam gundul hijau dulu.

Selain pedagang bunga, masih ada yang mungkin merana pula dengan kebijakan larangan vas bunga di pekuburan. Itulah kelompok kambing kuburan. Ini kambing sungguhan.

Di kuburan Kampung Kandang memang ada sekelompok kambing yang setiap hari dilepas pemiliknya, orang kampung sekitar, untuk cari makan sendiri di kuburan. Kalau melihat dari ukuran tubuhnya, kambing-kambing itu tampaknya sudah tiga generasi.

Makanan kesukaan kambing-kambing ini, dan itu sangat menyebalkan, adalah bunga seruni dan bunga mawar yang ditaruh peziarah dalam vas di atas makam. Tak perlu menunggu 30 menit setelah peziarah pulang, bunga-bunga indah dan lumayan mahal itu pasti langsung tandas ke perut kambing.

Kambing-kambing Kampung Kandang merana mencari bunga (Dokumentasi Pribadi)
Kambing-kambing Kampung Kandang merana mencari bunga (Dokumentasi Pribadi)
Memang kambing-kambing pekuburan Kampung kandang sangat spesial. Selain makan rumput, mereka juga makan aneka bunga. Mengingat mawar adalah bunga yang sungguh wangi, maka boleh jadi tubuh kambing Kampung Kandang ini juga wangi seperti mawar.

Tapi sekarang, dengan adanya larang menaruh bunga di makam, kambing-kambing Kampung Kandang jadi merana. Mereka tidak bisa lagi menikmati bunga seruni dan bunga mawar gratisan. Tak mungkin juga mereka mencuri bunga di kios pedagang tanpa risiko kepala digetok pakai bata.

Ya, sudahlah. Kambing, pedagang bunga, dan peziarah memang harus bisa menerima dampak larangan menaruh vas bunga di kuburan. Mudah-mudahan para arwah di kuburan juga mahfumlah.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun