Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Siborongborong, Daging Kuda dan Sayur Kol

9 Februari 2019   15:25 Diperbarui: 16 Februari 2019   08:37 2933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pacuan kuda di Siborongborong masa kini (Foto: harianbatakpos.com)

Pernah menjadi Ibukota Tanah Batak bagian timur sampai selatan di bawah rejim pemerintahan Fakih Amirudin, Gelar Tuanku Rao, bere atau keponakan Sisingamangaraja X.

Patung Parombusombus, Tetenger Siborongborong (Foto:tobatour.com)
Patung Parombusombus, Tetenger Siborongborong (Foto:tobatour.com)
Sisingamangaraja X sendiri, pada posisi sebagai Pendeta Raja, pada masa itu memerintah Tanah Batak bagian barat dengan pusat pemerintahan di Bakkara (sekarang Baktiraja).

Ketika penjajah Kolonial Belanda memasuki Tanah Batak akhir 1870-an, Siborongborong menjadi salah satu kota strategis yang berhasil diduduki.

Kota ini kemudian dijadikan Ibukota Onder Afdeling Hoogvlakte van Toba, dataran tinggi Humbang. Bekas rumah Fakih Amirudin dijadikan kantor Controleur, Asisten Wedana atau Demang.

Pacuan Kuda

Dataran tinggi Humbang, termasuk Siborongborong di dalamnya, sejak awal 1900-an sudah dikenal sebagai daerah peternakan kuda khas Tanah Batak. Biasa disebut "Kuda Batak".

Padang sabana yang terbentang luas di sana memang cocok untuk peternakan kuda. Selain, tentu saja, kerbau sebagai ruminansia utama.

Karena itu sejak lama tradisi marsiadu hoda, pacuan kuda, sudah berkembang di sana. Setidaknya sebuah foto koleksi Tropenmuseum menunjukkan pacuan kuda sudah digelar di Siborongborong tahun 1917.

Waktu itu pacuan kuda di Siborongborong menjadi hiburan bagi pejabat-pejabat Belanda di lingkungan Afdeling Bataklanden (kemudian menjadi Tapanuli Utara).

Teknik pacu kuda masih tradisional. Tanpa pelana, tali kekang, dan pecut standar. Juga tanpa pakaian dan perlengkapan keamanan standar. Seadanya saja, alias nekad.

Pacuan kuda di Siborongborong masa kini (Foto: harianbatakpos.com)
Pacuan kuda di Siborongborong masa kini (Foto: harianbatakpos.com)
Karena itu, saat pacuan, mobil ambulans selalu mengejar dari belakang. Siap memungut joki yang terlempar lalu patah tulang, misalnya. Itu kerap terjadi. Menyebabkan petaruhnya, penjudi, mungkin pingsan juga di tepi lintasan pacu.

Sempat berdiri organisasi Revereniging Hoda Marsiadu di sana. Beranggotakan para pemilik kuda pacu, Kepala Negeri, dan tokoh-tokoh masyarakat penggemar pacuan kuda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun