Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dari Candi Ceto Tanpa Tongkat Liwung Bertuah

6 Januari 2019   22:36 Diperbarui: 7 Januari 2019   22:16 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga lelaki berdoa di depan mezbah di puncak Candi Ceto (Dokpri)

Pemugaran yang menyalahi kaidah arkeologi ini telah mengubah fisik candi, antara lain dengan nembangun gapura-gapura megah di depan, pendopo-pendopo kayu untuk pertapaan, penisbatan patung-patung, dan mezbah di puncak punden.

Saya merasakan kejanggalan, karena Candi Ceto ini ternyata tidak sesuai dengan aslinya. Karena itu "karakter" candi ini terasa "lemah", tidak seperti lazimnya candi kuno. Pemugaran yang melenceng dari struktur aslinya telah melemahkan "jiwa" Candi Ceto.  

Maka hal kedua yang mendesak ditingkatkan di sana adalah pemulihan Candi Ceto ke struktur aslinya, sesuai kaidah-kaidah arkeologis. Baiklah candi ini dicipta-ulang ke struktur kunonya, candi dengan punden berundak empat belas, dengan undakan yang semakin menyempit ke puncak, menggambarkan semakin sempit dan sulitnya jalan menuju nirwana.

Tentu saran kedua ini ditujukan kepada pemerintah pusat. Saya punya harapan tahun 2019, siapapun presiden RI, Candi Ceto ditetapkan sebagai salah satu prioritas destinasi wisata nasional. 

Reka-cipta ulang sesuai aslinya, niscaya akan membuat Candi Ceto menjadi primadona wisata religi/spritual, budaya, sejarah, agro, dan alam sekaligus. Tidak ada duanya di Indonesia.

Demikian laporan saya, Felix Tani, petani mardijker, sudah dari Karanganyar, sudah dari Candi Ceto, walau tanpa bukti tongkat kayu liwung bertuah.***

***

Candi Ceto, 31 Desember 2018 dan Jakarta, 6 Januari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun