Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ekowisata Katingan, Komoditisasi Ekosistem Asli Dayak Borneo?

22 September 2018   04:22 Diperbarui: 22 September 2018   16:48 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: www.wowborneo.com

Itu persis definisi ekowisata menurut The International Ecotourism Society (1990):  berikut: "...  kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab dengan menjaga keaslian dan kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat."

Paradigma ekologi budaya adalah "memahami apa yang terjadi di sebuah ekosistem." Mencakup pemahaman tentang struktur sosial, pola interaksi sosial, pola budaya, dan pola ko-eksistensi dan ko-evolusi antara komunitas dan lingkungan alamnya.

Aji yang menerapkan paradigma ekologi budaya dalam aktivitas sosialnya menjadi gamang saat diminta menjadi "orang luar" yang menikmati "diri sendir" (orang dalam) sevagai obyek ekowisata.

Aji menjadi "turis sehari" dengan tetap berpegang pada paradigma ekologi budaya. Padahal mestinya paradigma ekowisata. Maka menjadilah  dia seorang "turis janggal", yang gagal menikmati perjalanannya.

Yang ada malah konflik bathin. Tercermin dari pertanyaan  Aji dari atas kapal pesiar sungai yang mewah: "Seberapa mendalam kau memahami apa yang hidup di perkampungan itu? Seberapa utuh mengerti bagaimana model pembagian kerja dan kuasa yang hidup dalam rumah tangga dalam hubungannya dengan pemanfataan hasil sungai dan hutan?"

Lalu pertanyaan akhir yang menohok diri selaku "turis sehari": "Dari sumber produksi tradisional yang seperti ini, pengharapan futuristik apa yang mereka imajinasikan." Maksudnya, masa depan macam apa yang dibayangkan komunitas-komunitas Dayak sepanjang DAS Katingan itu?  

Dengan pertanyaan-pertanyaan Aji itu, saya akan masuk pada implikasi dari implementasi teori ekoturisme tadi bagi komunitas Dayak di Katingan.

***

Jika ekoturisme adalah konsumsi "masa lalu yang musnah" dan "masa depan yang muskil" bagi kelas menegah berperadaban urban modern, maka "masa kini" komunitas Dayak  Katingan telah didisain sebagai obyek ekowisata yang bersifat tetap. Atau dalam istilah yang menipu:  "lestari".  

Maksudnya, ekosistem kekinian Dayak Katingan itu mesti tepat merepresentasikan "masa lalu yang musnah" dan "masa depan yang muskil" sebagaimana dipersepsikan pebisnis ekowisata dan tetamu turisnya. Sebab jika tidak demikian, untuk apa sang turis bayar mahal.

Implikasinya  bagi komunitas Dayak Katingan sungguh "mengerikan". Sejarah hidup mereka dihentikan paksa pada status "masa kini" yang dibingkai konsep gincu  "ekosistem lestari".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun