Tiga: Kondisi Selokan Indikator Perhatian Pemerintah pada Warga Lapis Bawah
Pemerintah Jakarta bisa saja mengklaim pemihakan program-program pembangunan pada kepentingan warga lapis bawah, seperti warga Gang Sapi.
Tapi kondisi sarana umum paling dasar, dalam hal ini selokan kampung, bisa menunjukkan kejujuran atau sebaliknya kebohongan pada klaim semacam itu.
Fakta bahwa selokan Gang Sapi menjadi tempat sampah dan sumber bibit penyakit semasa pemerintahan Sutiyoso dan Fauzi Bowo, adah bukti nyata bahwa pemerintahan mereka tak perduli pada kesejahteraan warga lapis bawah, sekurangnya di bidang kesehatan.
Sebaliknya di masa pemerintahan Jokowi/Ahok/Jarot, kebersihan selokan Gang Sapi menjadi indikasi perhatian mereka pada kesejahteraan warga lapis bawah. Â
Konsisten dengan kebersihan selokan, sebagai pertanda hidup sehat, pemerintahan Jokowi/Ahok/Jarot menggagas dan menjalankan sistem jaminan kesejahteraan sosial ekonomi bagi warga kurang mampu. Sebagaimana terwujud dalam program-program KJP dan KJS.
Dalam setahun pemerintahan Anies Baswedan, tak bisa dibuat simpulan pemihakan pada warga miskin. Memang ada klaim Anies Baswedan tentang  pemihakan pada warga lapis  bawah Jakarta. Â
Tapi  fakta bahwa selokan Gang Sapi mulai jadi tempat buang sampah kembali menyebabkan klaim Anies Baswedan itu lemah bukti empirisnya.
Bisa dikatakan di sini, jika merujuk tradisi Popperian (Karl Popper), tumpukan sampah di selokan Gang Sapi merupakan falsifikasi terhadap klaim Gubernur Anies tentang keberpihakannya pada warga lapis bawah.
Demikianlah kesimpulan yang dapat ditarik dari studi kasus selokan Gang Sapi Jakarta yang sangat bersahaja ini. Semoga ada manfaatnya.***
(SELESAI)