Bahan polutan yang mencemari Kali Mampang sejak masa kegubernuran Sutyoso (mulai 1997) sampai Anies Baswedan (sekarang) antara lain berasal dari selokan ini. Tapi dengan tingkat kontribusi yang berbeda antara satu dan lain masa kegubernuran.
Untuk menggambarkan perbandingan antar masa kegubernuran, saya akan paparkan secara ringkas di sini.
Satu: Dari masa kegubernuran Sutyoso sampai Fauzi Bowo (1997-2012)
Dua orang gubernur itu memerintah Jakarta selama total 15 tahun. Tapi selama itu tidak ada satupun kebijakan khusus terkait kebersihan lingkungan pemukiman dan badan sungai yang berimplikasi positif terhadap kondisi selokan Gang Sapi.
Selama 15 tahun itu selokan Gang Sapi berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah: Limbah rumah tangga, perajin rahu-tempe, ternak sapi, warung makan, warung kelontong, sampai kotoran manusia masuk ke badan selokan.
Kotoran manusia? Benar. Karena dalam tahun-tahun itu masih ada saja anak kecil yang disuruh ibunya nongkrong buang hajat ke dalam selokan.
Satu-satunya program kebersihan dari pemerintah untuk Gang Sapi adalah kehadiran seorang "tukang sampah" kelurahan dengan gerobak yang ditarik pakai tenaga sendiri.
Bila tukang sampah itu datang, maka warga akan riuh menumpuk sampah rumah tangga dalam kantong plastik ke dalam gerobak hingga menjulang tinggi.
Tapi, masalahnya, tukang sampah ini belum tentu datang sekali dalam sebulan. Akibatnya, warga membuang sampah ke selokan agar tak menumpuk di depan atau belakang rumah mereka.
Maka jadilah selokan Gang Sapi menjadi "bak sampah" favorit bagi warga.
Inilah daftar sampah atau polutan yang masuk ke selokan Gang Sapi menurut catatan saya: kemasan air mineral, kemasan mie instan, kemasan minuman ringan, kemasan jajanan ringan, kotak makan sterofoam, kotak makan kertas, kantong plastik, kotoran sapi, ampas kedelai/tahu, kotoran sapi, dan sisa pakan sapi.