Pada titik itu, "hula-hula" telah mendapatkan kehormatan dan "boru" mendapatkan restu "kepantasan". Artinya, gengsi kedua belah pihak telah lunas, tak perduli apapun kata orang.
Aslinya Murah
Aslinya, pesta nikah adat Batak dilaksanakan di halaman rumah pihak "boru" (paranak, keluarga laki-laki) dengan melibatkan dukungan panitia yang terdiri dari "hasuhutan" (tuan rumah, steering committee) dan "parhobas" (pelayan, organizing committee). Â "Parhobas" terdiri dari pihak "boru" keluarga mempelai pria, serta "dongan sahuta" (tetangga sekampung).
Jadi, pesta nikah adat Batak aslinya tidak perlu keluar biaya untuk gedung dan jasa katering. Sebab diselenggarakan di halaman rumah dengan dukungan tenaga kerabat luas dan teman sekampung. Â Wadah makan juga pakai daun pisang, wadah minum dari bambu lemang, semua diambil dari kebun sekampung.
Pihak "boru" atau paranak, tuan rumah pesta, mengeluarkan biaya terutama hanya untuk "sinamot", bahan makanan, dan ternak potong (babi atau kerbau).  Dalam prakteknya, beban biaya itu  akan diringankan juga melalui kewajiban adat "dongan sabutuha" dan "boru" untuk memberikan kontribusi finansil atau natura (misalnya beras).
Pengaruh Etika Protestan?
Pertanyaannya, mengapa kini, terutama di perkotaan, pesta nikah adat Batak tampak sebagai pertunjukan gengsi? Malu dengan pesta bersahaja, bangga dengan pesta besar meriah, walau harus berhutang?
Jawabannya  mungkin pada kecenderungan orang Batak memanggungjan nilai Batak modern yaitu cita-cita "hamoraon, hagabeon, hasangapon" (kekayaan, keturunan,  kemuliaan). Saya punya tesis, nilai ini adalah etos kerja orang Batak yang bersumber dari Etika Protestan.
Etika Protestan, sebagai semangat kapitalisme, menegaskan nilai yang masuk surga adalah yang sukses secara ekonomi di dunia. Saya menduga nilai ini tumbuh dalam masyarakat Batak seiring perkemvangan agama Kristen Protestan di Tanah Batak sejak penghujung 1880-an. Â
Zending Gereja Protestan di Tanah Batak tak hanya menyebarkan nilai-nilai Kekristenan. Tapi juga nilai-nilai sosial-ekonomi Eropa Modern, antara lain melalui jalur persekolahan yang dikembangkan Zending. Â Tahun 1910-an sistem persekolahan ini lebih dikembangkan lagi oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Ajang paling strategis memanggungkan "hamoraon, hagabeon, hadangapon" adalah pesta nikah adat, yang memberi ruang untuk tampil mewah, megah, dan meriah. Â