Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pesta Nikah Adat Batak Itu Panggung Sosial

5 Agustus 2018   04:25 Diperbarui: 5 Agustus 2018   08:58 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada titik itu, "hula-hula" telah mendapatkan kehormatan dan "boru" mendapatkan restu "kepantasan". Artinya, gengsi kedua belah pihak telah lunas, tak perduli apapun kata orang.

Aslinya Murah

Aslinya, pesta nikah adat Batak dilaksanakan di halaman rumah pihak "boru" (paranak, keluarga laki-laki) dengan melibatkan dukungan panitia yang terdiri dari "hasuhutan" (tuan rumah, steering committee) dan "parhobas" (pelayan, organizing committee).  "Parhobas" terdiri dari pihak "boru" keluarga mempelai pria, serta "dongan sahuta" (tetangga sekampung).

Jadi, pesta nikah adat Batak aslinya tidak perlu keluar biaya untuk gedung dan jasa katering. Sebab diselenggarakan di halaman rumah dengan dukungan tenaga kerabat luas dan teman sekampung.  Wadah makan juga pakai daun pisang, wadah minum dari bambu lemang, semua diambil dari kebun sekampung.

Pihak "boru" atau paranak, tuan rumah pesta, mengeluarkan biaya terutama hanya untuk "sinamot", bahan makanan, dan ternak potong (babi atau kerbau).  Dalam prakteknya, beban biaya itu  akan diringankan juga melalui kewajiban adat "dongan sabutuha" dan "boru" untuk memberikan kontribusi finansil atau natura (misalnya beras).

Pengaruh Etika Protestan?

Pertanyaannya, mengapa kini, terutama di perkotaan, pesta nikah adat Batak tampak sebagai pertunjukan gengsi? Malu dengan pesta bersahaja, bangga dengan pesta besar meriah, walau harus berhutang?

Jawabannya  mungkin pada kecenderungan orang Batak memanggungjan nilai Batak modern yaitu cita-cita "hamoraon, hagabeon, hasangapon" (kekayaan, keturunan,  kemuliaan). Saya punya tesis, nilai ini adalah etos kerja orang Batak yang bersumber dari Etika Protestan.

Etika Protestan, sebagai semangat kapitalisme, menegaskan nilai yang masuk surga adalah yang sukses secara ekonomi di dunia. Saya menduga nilai ini tumbuh dalam masyarakat Batak seiring perkemvangan agama Kristen Protestan di Tanah Batak sejak penghujung 1880-an.  

Zending Gereja Protestan di Tanah Batak tak hanya menyebarkan nilai-nilai Kekristenan. Tapi juga nilai-nilai sosial-ekonomi Eropa Modern, antara lain melalui jalur persekolahan yang dikembangkan Zending.  Tahun 1910-an sistem persekolahan ini lebih dikembangkan lagi oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

Ajang paling strategis memanggungkan "hamoraon, hagabeon, hadangapon" adalah pesta nikah adat, yang memberi ruang untuk tampil mewah, megah, dan meriah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun