Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kali Item dan Gejala Pembangunan Reaktif di Jakarta

31 Juli 2018   08:49 Diperbarui: 31 Juli 2018   08:58 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahistoris

Kedua, pembangunan reaktif bersifat ahistoris.  Perhatikan bahwa upaya Anies di Kali Item terputus dari program normalisasi sungai yang telah dijalankan Jokowi/Ahok di sana.

Anies bilang Kali Item yang bau itu warisan pemerintah terdahulu yang tak berbuat apapun untuk membenahi sungai itu.

Pernyataan Anies, dan program penghilangan bau di Kali Item, itu ahistoris. Jokowi/Ahok sedari awal sudah membenahi Kali Item melalui program normalisasi sungai dan pernah bersih tahun 2016.

Program normalisasi subgai terputus tahun 2017, setelah petugas PPSU Kali Item diskors karena dinilai berpolitik dengan berfoto merentang spanduk cagub/cawagub Agus-Silvy.

Setelah Anies menjadi Gubernur Jakarta, program normalisasi sungai tidak dilanjutkan di Kali Item. Kendati dia sempat menjanjikan program naturalisasi sungai.

Mendadak Anies sibuk dengan upaya-upaya penghilangan bau busuk di Kali Item. Kegiatan macam itu tidak ada dalam kamus normalisasi (naturalisasi) sungai. Itu sebabnya disebut ahistoris.

Acak

Ketiga, pembangunan reaktif bersifat acak.  Tidak ada perencanaan sistematis, sehigga tidak jelas strategi, bidang, tujuan, dan target-targetnya.

Karena betsifat acak maka  terlihat  impulsif.  Mendadak punya ide, lalu dijalankan begitu saja.  Seperti  pemasangan waring di Kali Item, ada ide, lalu jalankan.  Itu  impulsif.

Perhatikan apa yang dilakukan di Kali Item. Karena  bau tetap meruap ke udara, kendati sudah pakai bubble nano,  ya sudah, kali diwaring saja. Agar baunya tertahan di bawah, tidak meruap kemana-mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun