Ahistoris
Kedua, pembangunan reaktif bersifat ahistoris. Â Perhatikan bahwa upaya Anies di Kali Item terputus dari program normalisasi sungai yang telah dijalankan Jokowi/Ahok di sana.
Anies bilang Kali Item yang bau itu warisan pemerintah terdahulu yang tak berbuat apapun untuk membenahi sungai itu.
Pernyataan Anies, dan program penghilangan bau di Kali Item, itu ahistoris. Jokowi/Ahok sedari awal sudah membenahi Kali Item melalui program normalisasi sungai dan pernah bersih tahun 2016.
Program normalisasi subgai terputus tahun 2017, setelah petugas PPSU Kali Item diskors karena dinilai berpolitik dengan berfoto merentang spanduk cagub/cawagub Agus-Silvy.
Setelah Anies menjadi Gubernur Jakarta, program normalisasi sungai tidak dilanjutkan di Kali Item. Kendati dia sempat menjanjikan program naturalisasi sungai.
Mendadak Anies sibuk dengan upaya-upaya penghilangan bau busuk di Kali Item. Kegiatan macam itu tidak ada dalam kamus normalisasi (naturalisasi) sungai. Itu sebabnya disebut ahistoris.
Acak
Ketiga, pembangunan reaktif bersifat acak. Â Tidak ada perencanaan sistematis, sehigga tidak jelas strategi, bidang, tujuan, dan target-targetnya.
Karena betsifat acak maka  terlihat  impulsif.  Mendadak punya ide, lalu dijalankan begitu saja.  Seperti  pemasangan waring di Kali Item, ada ide, lalu jalankan.  Itu  impulsif.
Perhatikan apa yang dilakukan di Kali Item. Karena  bau tetap meruap ke udara, kendati sudah pakai bubble nano,  ya sudah, kali diwaring saja. Agar baunya tertahan di bawah, tidak meruap kemana-mana.