Tidak pernah dipikir kemungkinan gas metan menumpuk di bawah waring. Lalu bisa saja  meledak di belakang Wisma Atlet. Kan lebih parah kalau sampai kejadian begitu.
Waring tak efektif, ya sudah, semprotkan larutan berisi mikroba pengurai yang bisa menghilangkan bau. Tanpa dipikir dampak mikroba terhadap kehidupan di air kali.
Kosmetik
Keempat, pembangunan reaktif itu cenderung bersifat kosmetik. Lebih fokus pada penanganan dampak ketimbang penyelesaian sumber atau penyebab masalah.
Itulah yang terjadi di Kali Item. Langkah Anies itu dibingkai konsep biutifikasi, per-solek-an. Waring dilengjapi tanaman merambat dan lampu-lampu, itu namanya persolekan.
Setelah pupur gugur, maka tampak wajah buruk. Itu yang akan terjadi di Kali Item, seiring dengan usia waring. Saat waring sobek-sobek katena usia, maka wajah buruk Kali Item akan tampak lebih buruk lagi.
Gejala Jakarta Kini
Sampai di sini, mungkin ada yang bertanya. Apakah bisa menyimpulkan pola pembangunan Jakarta berdasar satu kasus? Dalam hal ini kasus Kali Item?
Jawabnya, sangat bisa. Yang digunakan di sini adalah metode kualitatif studi kasus. Dengan mengambil satu kasus ekstrim. Kali Item tergolong ekstrim karena  sampai melibatkan campur-tangan pemerintah pusat dan menjadi sorotan media internasional.
Berdasar kasus itu terkonfirmasi empat ciri pembangunan reaktif yaitu parsial, ahistoris, acak, dan kosmetik.
Empat ciri tersebut, jika diujikan pafa kasus-kasus lain, akan terbukti juga pada program-program penutupan Jalan Jatibaru untuk penempatan PKL, pemberian ijin operasi pada  becak, dan  koreksi  trotoar Sudirman-Thamrin untuk  memberi akses pada PKL.