Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Alangkah Jeleknya Danau Toba

7 Agustus 2016   13:22 Diperbarui: 7 Agustus 2016   15:00 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang jalur tersebut saya juga menyaksikan truk-truk besar bermuatan kayu merayapi jalanan. Sementara di jalur pelayaran danau Ajibata-Tomok, kapal ferry hilir mudik menyeberangkan truk- truk bermuatan kayu hasil tebangan di Pulau Samosir. Sebagian besar kayu itu diangkut ke PT IIU untuk diolah menjadi  bubur kertas.

Pada tahun itu juga terjadi penurunan permukaan air Danau Toba. Indikasi paling menonjol waktu itu adalah pendangkalan Terusan Wilhelmina, Pangururan sehingga tak bisa dilalui kapal besar.

Ada dua faktor penyebab yang umum disebut waktu itu. Pertama, peningkatan volume air keluar danau akibat pengerukan hulu sungai Asahan untuk meingkatkan debit air masuk ke turbin PT Inalum. 

Kedua, yang terpenting, penurunan drastis debit air masuk danau pada musim kemarau  akibat penggundulan hutan di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. PT IIU dan sejumlah perusahaan HPH disebut sebagai aktor utama penggundulan tersebut. Penggundulan ini berdampak merusak pada tata air kawasan Danau Toba.

Penggundulan hutan itu ternyata tidak diimbangi dengan reboisasi atau pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang memadai. Baru-baru ini Menteri LHK menyebutkan seluas 157,0000 ha ( 21%) daerah tangkapan air Danau Toba adalah lahan kritis, atau gundul (republika.co.id, 29/7/2016).

Jelas bahwa dalam 20 tahun terakhir tidak ada upaya serius untuk memulihkan kondisi hutan di Kawasan Danau Toba. Kawasan itu tetap gundul, tandus. Jadi bagaimana mau bilang indah. Kawasan gundul sudah pasti jelek.

Bahkan bukan saja jelek, tapi juga berpotensi mematikan. Baik karena kesuburan tanah menurun, maupun karena krisis air dan bahaya longsor yang ditimbulkannya.

Sebenarnya tahun 1996 saya sempat berdiskusi dengan Prof. Midian Sirait (almarhum), pendiri Yayasan Perhimpunan Pecinta Danau Toba. Beliau punya gagasan penghijauan dengan mengembangkan perkebunan tanaman asli dataran tinggi Toba. Misalnya andaliman, antarasa, asam kandis, asam gelugur, kecapi, andalehat, dan kemenyan. Gagasan itu, saya kira, pantas ditindak-lanjuti.

Terima Fakta Terburuk

Saya tidak sedang menjelek-jelekkan Danau Toba. Untuk apa, toh faktanya memang sudah jelek, jorok dan gundul. 

Saya hanya ingin menunjukkan fakta terburuk tentang Danau Toba kini. Jorok dan gundul. Ini harus diterima lebih dulu, barulah bicara soal pengembangan Danau Toba sebagai destinasi wisata prioritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun