Memang diperlukan sedikit kecerdasan khusus yaitu daya tafsir (interpretasi) untuk membaca yang tak tersurat. Sayangnya, ini memang keahlian khusus kaum interpretivisme, "lawan" kaum positivisme.
Dengan kerja tafsir, dengan cepat bisa diketahui ada fakta yang disembunyikan, atau tak disuratkan, oleh Pak Tjip. Alasan penyembunyian itu pasti etika, satu dari tiga rambu penulisan (lainnya logika dan estetika).
Fakta tak tersurat itu pastilah "fakta negatif atau buruk", sehingga sangat tidak pantas untuk diungkapkan. Lagi pula tulisan itu bukan tentang Adi, tapi tentang dampak negatif uang (kekayaan) pada persahabatan.
Fakta negatif tak tersurat itu sebenarnya bersembunyi di balik antara lain tiga fakta tersurat berikut ini.
Satu: "... saya menitipkan surat kepada salah seorang sanak keluarga yang ke Jakarta untuk Adi dan sangat berharap ia akan membalas surat tersebut, ternyata  bagaikan api tersiram hujan lebat. Bahkan menurut sanak keluarga yang saya titipkan surat, bahkan Adi  tidak bersedia menemuinya. Dan hanya  menyuruh pembantunya untuk menerima surat dari saya."
Dua: "Ketika saya sudah menjadi seorang Eksportir, saya berkali kali mengirimkan surat, baik lewat pos, maupun dititipkan pada teman temen yang ke Jakarta, yang isinya menyatakan 'Adi, bila anda mengalami kesulitan, ada sahabat anda di sini, yang siap membantu. Lupakanlah yang sudah terjadi, kita tetap sahabat lama'."
Tiga: "Terakhir saya dapat kabar bahwa sahabat saya Adi, tewas ditembak orang tak dikenal di rumahnya sendiri."
Dua fakta pertama sebenarnya mengindikasikan bahwa Pak Tjip sudah tahu Faktor X pada Adi dari saudara dan teman-temannya yang jadi kurir surat. Mustahil Pak Tjip tak menggali informasi dan mustahil saudara dan teman-temannya tak bercerita.
Fakta ketiga mengindikasikan Faktor X itu sebagai sesuatu yang sangat buruk, sehingga Adi harus "tewas tertembak".
Pertanyaannya: apakah Faktor X itu? Inilah "pengetahuan tak diungkap" yang dalam bahasa pasaran disebut TST, tahu sama tahu. Artinya, kita tahu "apa itu", tapi kita tak mengungkapnya, justru karena sudah tahu.
Alasan tak mengungkapnya ya pertimbangan etika itu. Sebab kalau diungkap maka bukan TST lagi istilahnya, tapi TMT, teman makan teman.