Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

“Host” Jak TV Menghina Narasumber?

15 Februari 2016   09:23 Diperbarui: 15 Februari 2016   15:09 3059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Izinkan saya menjelaskannya.

Pertama, sebagai “host” dia tak pantas menanyakan hal semacam itu kepada “tamu” yang diundangnya sendiri. Sebab sudah semestinya dia kenal siapa “tamu”-nya.

Kedua, sebagai orang yang lebih muda usia tak pantas juga “host” itu menanyakan hal semacam itu kepada “tamu” yang usianya mungkin dua kali lipat darinya. Perkiraan saya, “Host” Anonim itu pantasnya anak Prof. Thamrin.

Ketiga, pertanyaan “Anda beragama?” itu pertanyaan sensitif yang tak pantas diajukan kepada seseorang di ruang publik, apalagi di televisi yang mungkin ditonton ribuan orang. Itu lebih sensitif dibanding misalnya bertanya “Anda miskin?”, atau “Anda bodoh?”

Keempat, “host” tersebut tidak pada posisi yang menyebabkan dia punya hak untuk bertanya seperti itu. Karena dia bukan pegawai pemerintah yang sedang melakukan Sensus Penduduk atau mengisi formulir KTP. Juga bukan aparat hukum/keamanan yang sedang mengambil data diri seorang saksi atau tersangka. Juga bukan calon mertua yang anaknya akan dilamar seseorang.

Kelima, pertanyaan “Anda beragama?” dalam konteks diskusi di acara Beranda Jaktv itu mencerminkan “sesat pikir” dari Sang “Host” Anonim. “Sesat pikir” yang mengindikasikan betapa tak profesional dan tak layaknya “host” itu.

Izinkan lagi saya menjelaskan soal “sesat pikir” ini secara khusus.

Pertama, pertanyaan “Anda beragama?” dalam konteks diskusi dengan topik LGBT itu tergolong argumen “red herring” (ikan merah). Secara sadar “host” berusaha memancing Prof. Thamrin untuk masuk ke perdebatan tentang salah-benarnya LGBT menurut nilai-nilai agama. Sayangnya, Prof. Thamrin sudah terlalu berpengalaman untuk bisa dipancing seperti itu. “Host” sama sekali tak kenal siapa Prof. Thamrin sebagai tamunya.

Kedua, pertanyaan “Anda beragama?” itu juga sekaligus tergolong “strawman argument” (argumen orang-orangan jerami). “Host” tersebut membangun argumen sendiri bahwa dari segi agama LGBT itu salah, sehingga harus diluruskan. Lalu dia merasa menang dengan argumen semacam itu, karena Prof. Thamrin tidak bisa menyentuhnya di situ. Tentu saja begitu, sebab Prof. Thamrin melihat persoalan secara sosiologis, bukan teologis. Kalau sudah bawa-bawa agama, maka tak ada lagi yang bisa diperdebatkan. Di sini “host” itu ingin cari menang sendiri. Pada hal dia moderator.

Simak dialog berikus sebagai gambaran “host” cari menang sendiri. (Ini rekonstruksi dialog berdasar ingatan saya. Pasti tidak sama persis).
“Host”: “Bagaimana sikap seorang Ibu jika anaknya LGBT?”
Prof. Thamrin: “Setiap Ibu akan menerima anaknya apa adanya.”
“Host”: “Apakah Si Ibu tidak akan mengembalikan anaknya ke kodrat yang benar?”
Prof. Thamrin: (Mau menjelaskan sesuatu tapi tak diperdulikan lagi oleh “host”).

Saya kira, Prof. Thamrin hendak menjelaskan bahwa seks perempuan, laki-laki, dan LGBT (kalau mau dibilang ini sebagai “seks baru”?), bukan kodrat. Itu karunia YME. Kodrat itu, bagi perempuan adalah hamil, melahirkan, dan menyusui. Jika secara sengaja tak melakukan itu, maka disebut menentang kodratnya. (Mungkin “host” tidak tahu juga kalau Prof. Thamrin adalah satu dari segelintir ilmuwan sosial laki-laki yang sangat paham soal seks dan gender).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun