Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi Perlu Berguru pada “Mesias” Moshadeq?

26 Januari 2016   13:15 Diperbarui: 10 Februari 2016   11:04 2706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Nilai Solidaritas

Terlepas dari ragam cap miring dan negatif yang disematkan padanya, secara obyektif, komunitas transmigran swakarsa Gafatar itu adalah contoh “kisah sukses” revolusi mental.

Entah dengan cara bagaimana “Mesias” Moshadeq serta anak-buahnya bisa meyakinkan para “transmigran” itu, sehingga pola pikirnya berubah radikal. Mereka lalu meninggalkan kehidupan lamanya untuk sebuah kehidupan baru di “tanah terjanji”.

Padahal, untuk sebagian dari mereka, kehidupan lama sudah mapan dan individualis pula. Lalu mengapa mereka mau meninggalkan semua itu untuk sebuah kehidupan komunitas yang sepintas mirip “komune China” atau mungkin “kibbutz Israel”?

Agaknya, “Mesias” Moshadeq dan anak-buahnya telah berhasil menanamkan kembali nilai-nilai solidaritas kepada para “transmigran”-nya. Sekaligus meyakinkan mereka bahwa solidaritas adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang adil dan makmur.

Agaknya juga, “Mesias” Moshadeg dan anak-buahnya berhasil membuktikan bahwa masyarakat Indonesia kini tak punya nilai solidaritas lagi. Lihatlah korupsi meraja-lela dan konflik berbau primordial kerap dan gampang meletup di berbagai penjuru nusantara.

Mungkin itu alasannya mengapa “Mesias” Moshadeq membangun komunitas “baru” di Mempawah. Barangkali itu adalah wujud purifikasi, pemurnian masyarakat yang telah tercemari nilai-nilai anti-solidaritas.

Memang harus diakui pula, nilai solidaritas sudah memudar dalam masyarakat Indonesia. Itu mungkin akibat dari penerapan spartan Trilogi Pembangunan sepanjang masa Orde Baru: pertumbuhan, stabilitas, pemerataan. Dalam prakteknya, pertumbuhan dan stabilitaslah yang utama. Jika ada tuntutan pemerataan, maka akan dibungkam atas nama stabilitas.

 

Perlu Dikaji

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun