Sebagai ilustrasi, misalkan saya bilang, “Tentu saja Nararya selalu berpandangan negatif tentang terpidana korupsi karena dia memang pribadi anti-korupsi”. Apakah saya sedang mengemukakan sesat pikir (fallacy) alias “argumentum ad hominem”di sini? Tidak, pernyataan saya adalah sebuah argumen substansial.
Maka, pada titik ini, izinkan saya menyimpulkan, Nararya telah melakukan “Nararya(n) fallacy” (sesat pikir a’la Nararya) ketika dia menyebut label “lovers” dan “haters” bukan kategori argumen substansial melainkan ad hominem.
Dengan kesimpulan itu tentu saya tak bermaksud menyerang Nararya secara pribadi. Kendati saya mengintroduksi konsep “Nararyan fallacy” yang meminjam namanya.
Bagaimanapun saya seorang penikmat tulisannya. Mungkin tergolong “lover”-nya, walau saya berharap sebagai “lover kritis”.
Artikel tanggapan ini adalah semata apresiasi saya pada artikel Nararya tersebut di atas. Mohon maaf bila kualitasnya ada di urutan terakhir dari sejumlah artikel tanggapan yang mungkin dibuat.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H