Mohon tunggu...
Ms Etna
Ms Etna Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi saya menonton film dan baca buku bergenre pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penerapan ModelPBL dan Metode Role Playing dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam keterampilan Berbicara pada Materi Narrative TeXt

25 November 2023   09:30 Diperbarui: 25 November 2023   09:32 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Motode Role Playing dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Keterampilan Berbicara pada Materi Narrative Text Kelas IX A SMP IT Al-Kahfi Sarolangun

leh : Etna Falinda, S.Hum

Mahasiswa PPG Daljab Bahasa Inggris

2023

Pendahuluan

Keterampilan berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa (menulis, membaca, mendengarkan dan berbicara). Berbicara merupakan alat untuk berkomunikasi. Berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran (Suhendar, 1992:20). Berbicara merupakan proses penyampaian gagasan atau ide yang  disampaikan atau dikomunikasikan  secara lisan. nerkaitan dengan kterampilan berbicara, penulis memperhatikan bahwa diawal belajar bahasa Inggris beberapa siswa  cenderung menghindar dari pelajaran bahasa Inggris. Hal ini di karenakan siswa mengalami kesulitan dalam melafalkan kosakata (prononciation)saat praktik berbicara. Kondisi inilah yang menjadi latar belakang masalah yang akan dibahas oleh penulis untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara bahasa Inggris. kesulitan yang dimaksud terjadi karena pelafalan bahasa Inggris sangat berbeda dengan pelafalan bahasa Indonesia. Siswa harus belajar dan berlatih pelafalan bahasa Inggris secara menyeluruh (Regina dan Mega, 2022).

Belajar  melafalkan Kosakata merupakan hal pertama yang dipelajari saat mengenal pelajaran bahasa Inggris. Belajar kosakata tidak hanya sekedar belajar menuliskan huruf tetapi juga belajar cara melafalkan dan mengucapkan kosakata tersebut dengan benar. Pronunciation (pelafalan) sangat penting dalam pengembangan kosakata karena melibatkan pembedaan antara bunyi-bunyi yang bergabung untuk membentuk kata-kata, apabila seorang siswa sudah terbiasa salah mengucapkan sebuah kata, ada kecenderungan baginya tidak bisa memberi informasi yang jelas (Sofiyanti, 2014). Kesalahan dalam Pronunciation (pelafalan) dapat mengakibat adanya kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Untuk mengatasi masalah diatas, Ada beberapa model pembelajaran yang bisa kita gunakan pada proses pembelajaran, seperti model inquiry, Jigsaw, PBL, dan PjBL. Selain itu, kita juga bisa menerapkan berbagai macam strategi dan metode untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara, diantaranya yaitu  permainan simulasi, dongeng, bermain peran (Role Playing), dan cerita berantai. Dalam PPL siklus 2 ini, penulis akan menerapkan model pembelajaran PBL dan metode  Role Playing

Adapun tujuan penyusunan Best Practice pada praktik pembelajaran lapangan (PPL) siklus 2 ini adalah  sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara pada materi narrative text kelas IX A SMP IT Al-Kahfi Sarolangun dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)  dan metode Role Playing.

Menurut penulis, praktik baik ini penting untuk dibagikan karena sebagian besar dari rekan guru yang mengajar bahasa inggris memiliki permasalahan yang sama dengan permasalahan yang  dialami penulis. Praktik ini diharapkan mampu menjadi motivasi bagi diri Penulis untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara  dan serta memotivasi rekan guru lainnya, sehingga mendapatkan hasil yang terbaik dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Penulis juga berharap praktik baik ini bisa menjadi referensi ataupun inspirasi bagi guru-guru lainnya,  sehingga guru-guru dapat melakukan perbaikan-perbaikan dalam praktik pembelajaran dengan mempertimbangkan kebutuhan dan pengalaman belajar siswa.

Sebagai guru, peran dan tanggung jawab penulis dalam praktik baik ini diantaranya adalah berperan aktif dan bertanggung jawab  dalam merancang, menyajikan, melaksanakan dan menyelesaikan praktik pembelajaran, mengevaluasi dan merefleksi proses pembelajaran sebagai upaya mengatasi masalah kesulitan melafalkan kosakata (pronounciation) saat praktik berbicara.

Pembahasan

Model atau metode problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan di dunia nyata (real word problem) secara tekstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan siswa (Sani, 2014:127). Guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator. Adapun yang dimaksud dengan bermain peran adalah mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Dengan metode Role Playing (bermain peran) siswa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu (Santoso, 2011).

Pada penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)  dan metode Role Playing, terdapat beberapa tantangan. Pertama, membutuhkan banyak waktu dalam hal persiapan, pemahaman isi bahan pelajaran, dan pelaksanaan. Kedua, sebagian dari siswa tidak ikut bermain peran karena anggota kelompok yang terlalu banyak, malu, rasa enggan, ataupun rasa kurang percaya diri. Ketiga, kelas lain akan terganggu dengan aktifitas pembelajaran ini. 

Adapun solusi untuk mengatasi tantangan tersebut adalah pertama lakukan time management, atur waktu dengan baik, sebaiknya naskah yang diperankan tidak terlalu panjang. Kedua, mengupayakan agar siswa mendapatkan peran sesuai keinginannya, anggota kelompok tidak terlalu banyak. Guru harus lebih kreatif.

Pihak terkait yang terlibat dalam pelaksanaan praktik baik diantaranya dapat dilihat dari tantangan yang dihadapi melibatkan: Guru dari segi kompetensi yang harus dimiliki, yakni guru harus memiliki kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Rekan sejawat untuk mencari solusi dan alternatif . Kepala sekolah untuk mendukung pelaksanaan praktik baik yang di sekolah. Peserta didik sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran, untuk meningkatkan keaktifan dan  hasil belajar siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut  adalah pertama menyusun rencana aksi. Pada saat penyusunan rencana aksi ditentukan model pembelajaran problem based learning (PBL) dan metode role playing. Tak hanya itu, perangkat pembelajaran juga mesti dipersiapkan dengan baik, seperti mempersiapkan RPP yang dirancang  dan dibuat sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa, bahan ajar dan media pembelajaran menarik dengan menampilkan video, LKPD yang dibuat berisi informasi tentang berbagai cerita dongeng dengan menampilkan gambar-gambar. Serta Lembar refleksi yang dibuat bertujuan untuk evaluasi  selama proses pembelajaran.

Kedua, Melaksanakan pembelajaran sesuai syntax. Syntax pembelajaran ada 3, yakni ada pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada kegiatan inti berisi syntax model pembelajaran problem based learning (PBL), berikut ini merupakan syntax PBL:

  • Tahapan PembalajaranBerdasarkan Syntax PBL

Penjelasan

Fase 1: Orientasi Peserta Didik pada masalah:

Siswa diajak menonton, diberi pertanyaan pemantik, menyimak penjelasan, dan mengerjakan LKPD

Fase 2: Mengorganisasi kan Peserta Didik untuk belajar:

Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, diberikan LKPD dan memilih satu cerita fairy tales.

Fase 3: Membimbing Penyelidikan

Guru memantau dan membimbing peserta didik dalam kegiatan

Siswa memahami  teks naratif, membuat naskah drama dari teks naratif tulis, mendapatkan peran, berlatih pronounciation, dipantau keterlibatannya.

Tahap 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Setiap kelompok menampilkan drama singkat

Tahap 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Siswa/kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan tanggapan,  diberikan pendapat dan masukan oleh guru, menerima umpan balik.

Ketiga, penulis melakukan analisis penilaian (assesment). Dari hasil penilaian LKPD pengetahuan dan keterampilan diketahui bahwa sebanyak 19 anak telah menyelesaikan LKPD dengan sangat baik, dengan rata-rata mendapatkan nilai diatas 90-95 untuk kompetensi pengetahuan. Pemahaman siswa tentang materi narrative text menjadi sangat baik setelah melakukan proses pmbelajaran.  Sedangkan untuk kompetensi keterampilan  pada saat membuat naskah drama semua siswa terlibat aktif dan pada saat praktik berbicara sebagian besar siswa sudah memahami cara pengucapan meskipun dengan dengan aksen tertentu. Berdasarkan hasil analisis penilaian ini, terlihat bahwa tujuan pembelajaran sudah tercapai. Saat melakukan refleksi, hampir semua respon siswa menunjukkan bahwa mereka sangat  menyukai kegiatan pembelajaran kali ini.

Dampak yang dirasakan penulis sebagai guru adalah dampak yang memberikan efek positif. Alasannya karena penulis baru merasakan pengalaman pertama mengajar di kelas yang lebih tinggi, biasanya penulis mengajar siswa sekolah dasar. Pada PPL kali ini penulis mengajar di SMP IT Al-Kahfi kelas IX A. Penulis merasakan ada banyak peningkatan kompetensi guru dalam mendesain pembelajaran yang bermakna, menarik, dan inovatif.  Penulis juga merasakan peningkatan ketrampilan dalam mengoperasikan berbagai aplikasi seperti aplikasi youtube, aplikasi edit video seperti capcut, serta  aplikasi pembuat presentasi seperti canva dan powerpoint. Dampak positif berikutnya penulis dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola kelas agar siswa berminat dan selalu aktif dalam pembelajaran. Terakhir, penulis merasakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru tercapai dengan baik.  

Adapun dampak bagi siswa yaitu diantaranya siswa menjadi lebih tertarik dan berminat dalam belajar, ketika guru memulai kelas dengan ice breaking dan pemutaran video. Selanjutnya, dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Peserta didik menjadi lebih aktif berkomunikasi dan berinteraksi di kelas sehingga kemampuan keterampilan berbicaranya meningkat. Secara tidak langsung kegiatan praktik pembelajaran ini telah menambah penguasaan  kosakata peserta didik.

Secara keseluruhan hasil pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL sangat efektif karena mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dari hasil yang diperoleh dari kegiatan penilaian pada siklus 2, kegiatan penilaian cukup baik dan terarah. siswa yang awalnya jarang berbicara, pada saat proses pembelajaran menjadi lebih aktif dalam berbicara. Peserta didik merasa senang dan bahagia saat melaksanakan aktifitas pembelajaran di kelas karena media pembelajaran yang digunakan menarik minat belajar. Peserta didik lebih mudah memahami materi pelajaran yang diajarkan pada hari tersebut.

 Faktor keberhasilan pembelajaran ini sangat ditentukan akan penguasaan guru terhadap strategi, metode, model, media pembelajaran, materi bahan ajar dan langkah-langkah pada rencana pelaksaanaan pembelajaran yang sudah dibuat.  Serta pemahaman guru terhadap karakteristik dan kebutuhan peserta didik

Sebagai seorang guru memiliki tanggungjawab untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, kreatif dan inovatif. Oleh karena itu seorang guru harus dan belajar untuk terus meningkatkan ketrampilan dan melakukan pengembangan diri, dengan selalu terbuka untuk belajar hal-hal yang baru seperti pengeditan, mengunggah dan mengunduh video, mendesain media pembelajaran yang menarik, serta mengikuti pelatihan pengembangan diri yang relevan dengan bidang bahasa inggris. Guru juga hendaknya dapat memahami kebutuhan peserta didik sesuai zamannya.

Kesimpulan

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Motode Role Playing mampu meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Keterampilan Berbicara ditunjukkan dengan adanya perbedaan hasil observasi awal dan akhir.

Daftar Pustaka

Febriani, Regina., Febriani, Mega Sya. (2022). Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Dalam

Pengucapan Bahasa Inggris. Karimah Tauhid. 1(4). 462-467. Doi :

https://ojs.unida.ac.id/karimahtauhid/article/view/7817/3514

Gusti, I. (2021) Kendala dalam Belajar Bahasa Inggris dan Cara Mengatasinya. Linguistic

Community Service Journal. 1(2), 64-70 DOI:

http://doi.org/10.22225/licosjournal.v1i2.2658

Prihantoro, Agung. (2022). Model Assessment of, for dan as Learning Terpadu dalam

Mata Kuliah Reading Bahasa Inggris. Jurnal Nuansa Akademik, 7(2), 157-170.

Setiawati, Wiwik., dkk. (2019). Buku Penilaian Berorientasi HOTS. Jakarta: Direktorat

Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan.

Sofiyanti, Y. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pengucapan Bahasa Inggris dengan

Media Pembelajaran Online English Pronounciation. Wawasan Ilmiah Manajemen

dan Teknik Informatika. 6(11). 16-29.

Supriyana, Asep. 2008. Modul 1: Hakikat Berbicara. Jakarta: Universitas Terbuka. Doi

https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PBIN433002-M1.pdf (diakses

24 November 2024)

Tim GTK DIKDAS. (2021). Modul Belajar Mandiri Calon Guru PPPK. Jakarta: Direktorat

Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan.

https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PBIN433002-M1.pdf (diakses 24

November 2023)

https://www.kajianpustaka.com/2019/05/model-pembelajaran-bermain-peran-role-playing.html (diakses 24 November 2023)

https://bertema.com/sintaks-model-problem-based-learning-pbl-dalam-pembelajaran#google_vignette   (diakses 24 November 2023)

https://www.gurusiana.id/read/alvonsus/article/sintak-pembelajaran-problem-based-learning-pbl-656152  (diakses 24 November 2023)

https://media.neliti.com/media/publications/216376-peningkatan-keterampilan-berbicara-mengg.pdf  (diakses 24 November 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun