Tapi kau dan kawan-kawanmu memang teguh. Kalian adalah orang-orang biasa tapi bisa dikata orang-orang terpilih yang berteman dengan kesunyian untuk menunaikan pekerjaan-pekerjaan besar sampai waktu kehidupan usai bagi kalian. Para penjaga jeruji itu menyaksikan kalian yang disebut para pengkhianat tapi senantiasa berkhidmat kepada Allah, menjaga sholat kalian, bahkan di tengah malam yang dingin dan dalam penjara kalian menghadap Allah, rindu di tengah malam, Qiyamullail dalam keadaan apapun.
Terlebih-lebih yang paling istimewa adalah ketika siksaan yang keji itu, ayunan cambuk mendera tubuh kalian, kalian malah tersenyum indah, bibir melebar mewarnai wajah, tak luput rindu untuk mengingat Allah. Rasa-rasanya berat bagi kami kini yang meneguhkan jejak-jejak kalian.
Kau teguhkan, "Sungguh sempurna semua itu. Sementara orang-orang yang menegakkan agama ini dalam konsep negara, peraturan, perundangan, dan hukum-hukum, sebelumnya mereka telah menegakkannya di dalam sanubari dan kehidupan mereka dalam konsep akidah, akhlak, ibadah, dan tingkah laku. Mereka mengejar satu janji ketika hendak menegakkan agama Islam. Satu janji yang tidak bisa ditundukkan atau dikalahkan. Hanya demi tegaknya agama Islam di tangan mereka. Satu janji yang tidak berkaitan dengan apa pun di dunia ini. Satu janji itu adalah surga".
Kau kisahkan seperti kisah Ashhabul Ukhdud, kisah tentang jiwa-jiwa mukmin yang tinggi lagi mulia ini, berdiri kekuatan-kekuatan yang bengis, kejam, jahat, dan zalim. Pendirian mereka tidak lantas goyah meski di bawah penindasan para penguasa yang kejam, juga tidak tercerabut dari agama Allah meski mereka dibakar dengan bara api hingga mati.
"Biarlah Allah yang menentukan nasib dakwah dan para dai sesuai kehendak-Nya. Yang penting, di tengah perjalanan yang keras, yang penuh onak dan duri serta keringat dan darah, jangan sampai mereka melenceng dari arah pertolongan dan kemenangan". Kau selalu menguraikannya dengan indah. Bagimu, kemenangan itu berupa ketenteraman hati, perasaan bangga, konsepsi yang indah, lepas dari segala ikatan dan daya tarik, serta kebebasan dari rasa takut dan gelisah, dalam situasi apapun.
Maka kau katakan "Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah bersedia menukar kehidupan dunia yang fana ini dengan akhirat yang abadi". Sambil tersenyum teduh terlukis di wajahmu. Dan dengan keyakinan yang teguh, "Selamat datang kematian di jalan Allah. Sungguh Allah Mahabesar".
Kau telah memilih berkawan dengan tiang gantung karena keyakinanmu pada Islam. Maka kau dengan peluru ide adalah kalimat-kalimat yang hidup dalam keabadian kini. Peluru idemu telah menembak berbagai manusia di belahan dunia, peluru idemu kau relakan bersama darahmu yang menyirami dakwah, peluru idemu menjadi bunga harapan yang terawat dalam pemikiran-pemikiran kini, peluru idemu adalah kehidupan baru bagi ide-ide kami kini. Bahkan peluru idemu hingga kini bahkan terjamaah olehku, yang berada di sebuah desa kecil yang jauh dari desa kelahiranmu. Sungguh, kau telah bekerja dalam dunia keabadian lewat peluru pemikiranmu. Mengenangmu, Ustadz Sayyid Qutbh.
#
Peluru Ide Sayyid Qutbh
Tubuhmu mungkin kecil