Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki dan Peluru Idenya

15 Mei 2023   15:50 Diperbarui: 17 Mei 2023   12:36 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#

Waktu itu sangat sedikit katamu, yang kau ketahui tentang Ikhwanul Muslimin hingga kau berangkat ke Amerika pada tahun 1948 sebagai salah satu utusan dari Kementerian Pendidikan, demikian salah satu nama Kementerian di Mesir pada waktu itu. Kau berada di sana saat pimpinan Ikhwan saat itu, Imam Hasan al-Banna terbunuh pada tahun 1949. Peristiwa itulah yang menyita perhatianmu seiring pemberitaan yang gegap gempita terurai dalam berita-berita di surat kabar Amerika, bahkan bukan hanya di surat kabar Amerika tapi juga oleh surat kabar Inggris yang beredar di Amerika. Para penghuni dunia Amerika itu sangat antusias dengan berita tentang meninggalnya pimpinan Ikhwan, bahkan mereka terlihat bergembira dan senang akan hal itu, karena bagi mereka Ikhwan akan terancam bubar karena terpukul akibat terbunuhnya Imam Hasan al-Banna.

Hubunganmu mulai dekat dengan gerakan ini. Ketika anak-anak muda gerakan ini memikat karyamu. Karyamu yang berjudul "Keadilan Sosial dalam Islam". Terselip kalimat darimu "Teruntuk para pemuda yang aku raba dalam imajinasiku, datang untuk memurnikan kembali ajaran agama ini seperti sedia kala. Mereka berjihad di jalan Allah tanpa rasa takut dicaci maki sama sekali". Para anak-anak muda gerakan ini bagimu, merasa bahwa merekalah kalimat itu kau tujukan, padahal katamu bukan demikian maksudmu. Namun, anak-anak muda gerakan ini tetap mengoleksi karyamu itu. Bahkan mereka menganggap kau adalah bagian dari mereka, kau adalah sahabat mereka. Dan anak-anak muda gerakan itu peduli pada pikiran-pikiranmu.

Ketika kau kembali pada tahun 1950, anak-anaka muda ini menyambangimu. Berbicara tentang bukumu. Kedekatan mu dengan mereka makin dekat. Kelompok itu kau anggap sebagai gerakan yang dapat menjadi lahan subur bagi aktivitas keislaman secara luas di segenap kawasan, yakni gerakan revivalisme dan kebangkitan secara menyeluruh. Kulminasinya adalah kau bergabung dengan gerakan ini pada tahun 1953.

Kau mendapat sambutan hangat dari gerakan ini. Kau bahkan dipercayakan untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan keilmuan dan itu berada di bawah Divisi Penyebaran Dakwah dan Pengajian Selasa. Kau juga dipercaya untuk menjadi pimpinan redaksi sebuah majalah, ditambah dengan rutin menulis tema-tema keislaman di berbagai risalah bulanan.

#

Kau telah menunaikan seperti katamu, "Ketika kita hidup untuk kepentingan pribadi, hidup ini tampak sangat pendek dan kerdil. Ia bermula saat kita mengerti dan berakhir bersama berakhirnya usia kita yang terbatas. Tapi apabila kita hidup untuk orang lain, yakni hidup untuk (memperjuangkan) sebuah fikrah, maka kehidupan ini terasa panjang dan memiliki makna yang dalam. Ia bermula bersama mulanya kehidupan manusia dan membentang beberapa masa setelah kita berpisah dengan permukaan bumi".

Bahkan buah pikir yang memuat gagasan-gagasan yang kritis, kuat, menarik, kadang lembut, mengharukan, menggerakan, progresif, berani, solid, dan kadang terasa sangat radikal. Maka kau diimajinasikan dengan postur tubuh yang juga demikian, seorang lelaki dengan tubuh kekar, besar, dan tinggi. Tapi ternyata kau hanyalah pria dengan perawakan kurus, kecil, dan tidak kekar tentunya. Maka ku suka dengan katamu yang kau urai dengan lembut, "Aku selamanya ingin menjadi bocah besar yang polos". Tapi kau menggelegar dengan emosi yang kau mainkan secara jujur dan ikhlas dalam buah pikirmu.

Kau adalah sastrawan yang piawai dengan untaian-untaian peluru-peluru idemu yang kau uraikan dengan gaya bahasa seorang aktivis Muslim, dengan semangat dan keterusterangan. Dalam setiap kalimatmu akan terasa semangat dan gerakan yang memancar dari sela-sela ungkapan-ungkapanmu dan dalam tiap baris tulisanmu, seolah-olah ia adalah rangkaian degup jantung dan detak hati.

 Kau menguraikan untuk berbicara kepada semua kalangan bukan dari kelompok tertentu, entah kalangan cendikiawan atau spesialis di bidang-bidang keilmuan tertentu. Kau uraikan peluru idemu untuk semua Muslim yang berwawasan tanpa memandang spesialisasinya. Olehnya itu, tak ada yang menghalangi orang untuk memahami pemikiranmu. Peluru idemu adalah mata air yang segar bagi pemuda-pemuda Muslim kini dengan beragam pikirannya.

Kau membuat kata-kata yang hidup, "Kalimat-kalimat kita menjadi boneka lilin jika kita mati untuk mempertahankannya. Maka saat itulah ruh merambahnya. Hingga kalimat-kalimat itu hidup selamanya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun