Mohon tunggu...
M. Sadli Umasangaji
M. Sadli Umasangaji Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger - celotehide.com

Menulis beberapa karya diantaranya “Dalam Sebuah Pencarian” (Novel Memoar) (Merah Saga, 2016), Ideasi Gerakan KAMMI (Gaza Library, 2021), Serpihan Identitas (Gaza Library, 2022). Ia juga mengampu website celotehide.com.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Stunting sebagai Isu Strategis

9 Mei 2023   09:05 Diperbarui: 27 Mei 2023   09:51 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Butuh waktu lama untuk feeling soal ini menjadi naluri dasar petugas. Di satu sisi juga tinggi badan anak akan terlihat pendek bila ia berdiri bersama dengan anak lain yang seusia. Bahkan di usia mulai dua tahun baru seorang balita mulai terlihat tanda-tanda bahwa tinggi badannya kurang bila ia mengalami status gizi pendek. Memang soal penentuan stunting harus spesifik disesuaikan pada nilai z-score anak untuk indikator status gizi tinggi badan atau panjang badan menurut umur. 

Apalagi misalkan ini ditempatkan pada kader posyandu yang turut membantu dalam kegiatan posyandu. Soal penimbangan dapat dikatakan kader posyandu sangat membantu untuk petugas gizi tapi soal pengukuran mungkin perlu banyak dilakukan penyegaran kader.

Sekedar Soal Program Intervensi

Kalau dilihat program penanggulangan stunting umumnya adalah program terkait dengan sasaran yang bersifat pencegahan atau sasaran untuk masalah dengan indikator lain. Sebagaimana penjelasan Stranas Stunting mengadopsi kerangka penyebab masalah gizi, yaitu “The Conceptual Framework of the Determinants of Child Undernutrition”, “The Underlying Drivers of Malnutrition”, dan “Faktor Penyebab Masalah Gizi Konteks Indonesia”. 

Pencegahan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya  akses  terhadap  pangan  bergizi  (makanan),  lingkungan  sosial  yang  terkait  dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk  pencegahan  dan  pengobatan  (kesehatan),  serta  kesehatan  lingkungan  yang  meliputi tersedianya  sarana  air  bersih  dan  sanitasi  (lingkungan).

Keempat  faktor  tersebut  secara  tidak langsung  mempengaruhi  asupan  gizi  dan  status  kesehatan  ibu  dan  anak.  Intervensi  terhadap keempat  faktor  tersebut  diharapkan  dapat  mencegah  malnutrisi,  baik  kekurangan  maupun kelebihan gizi.

Berdasarkan kerangka penyebab masalah stunting, Stranas Stunting mengembangkan kerangka hasil percepatan pencegahan  stunting. Di dalam  kerangka  tersebut, pencegahan stunting diawali dengan penyiapan faktor pendukung, yang dituangkan dalam lima pilar. Implementasi dari lima pilar diharapkan dapat meningkatkan cakupan layanan gizi spesifik dan sensitif pada sasaran prioritas, yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan prevalensi stunting.

Secara Intervensi Gizi Spesifik pun terlihat terkait dengan program pencegahan. Dimana dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita. Pertama, Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil. Intervensi ini meliputi kegiatan memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu hamil dari Malaria. Kedua, Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan.

Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mendorong inisiasi menyusui dini (IMD) terutama melalui pemberian ASI kolostrum serta mendorong pemberian ASI Eksklusif. Ketiga, Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan. 

Intervensi ini meliputi kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian ASI hingga anak atau bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria, memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

Akan tetapi yang penulis pikirkan adalah adakah nanti intervensi stunting diafiliasikan pada penyebab langsung untuk penanganan di tingkat puskesmas sebagaimana pada gizi buruk dan ataupun gizi kurus. Dimana pada gizi buruk kita dapat melihat juknis tentang Tatalaksana Anak Gizi Buruk jilid I dan II. Atau Gizi Kurus memiliki Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan atau Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (BOK). Mungkin perlu ada semisal gambaran tentang bagaimana intervensi langsung pada Balita Stunting, bagaimana pemberian PMT Lokal-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun