Butuh waktu lama untuk feeling soal ini menjadi naluri dasar petugas. Di satu sisi juga tinggi badan anak akan terlihat pendek bila ia berdiri bersama dengan anak lain yang seusia. Bahkan di usia mulai dua tahun baru seorang balita mulai terlihat tanda-tanda bahwa tinggi badannya kurang bila ia mengalami status gizi pendek. Memang soal penentuan stunting harus spesifik disesuaikan pada nilai z-score anak untuk indikator status gizi tinggi badan atau panjang badan menurut umur.
Apalagi misalkan ini ditempatkan pada kader posyandu yang turut membantu dalam kegiatan posyandu. Soal penimbangan dapat dikatakan kader posyandu sangat membantu untuk petugas gizi tapi soal pengukuran mungkin perlu banyak dilakukan penyegaran kader.
Sekedar Soal Program Intervensi
Kalau dilihat program penanggulangan stunting umumnya adalah program terkait dengan sasaran yang bersifat pencegahan atau sasaran untuk masalah dengan indikator lain. Sebagaimana penjelasan Stranas Stunting mengadopsi kerangka penyebab masalah gizi, yaitu “The Conceptual Framework of the Determinants of Child Undernutrition”, “The Underlying Drivers of Malnutrition”, dan “Faktor Penyebab Masalah Gizi Konteks Indonesia”.
Pencegahan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan).
Keempat faktor tersebut secara tidak langsung mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah malnutrisi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Berdasarkan kerangka penyebab masalah stunting, Stranas Stunting mengembangkan kerangka hasil percepatan pencegahan stunting. Di dalam kerangka tersebut, pencegahan stunting diawali dengan penyiapan faktor pendukung, yang dituangkan dalam lima pilar. Implementasi dari lima pilar diharapkan dapat meningkatkan cakupan layanan gizi spesifik dan sensitif pada sasaran prioritas, yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan prevalensi stunting.
Secara Intervensi Gizi Spesifik pun terlihat terkait dengan program pencegahan. Dimana dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita. Pertama, Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil. Intervensi ini meliputi kegiatan memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu hamil dari Malaria. Kedua, Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan.
Intervensi ini dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mendorong inisiasi menyusui dini (IMD) terutama melalui pemberian ASI kolostrum serta mendorong pemberian ASI Eksklusif. Ketiga, Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan.
Intervensi ini meliputi kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian ASI hingga anak atau bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas 6 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI, menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria, memberikan imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Akan tetapi yang penulis pikirkan adalah adakah nanti intervensi stunting diafiliasikan pada penyebab langsung untuk penanganan di tingkat puskesmas sebagaimana pada gizi buruk dan ataupun gizi kurus. Dimana pada gizi buruk kita dapat melihat juknis tentang Tatalaksana Anak Gizi Buruk jilid I dan II. Atau Gizi Kurus memiliki Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan atau Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (BOK). Mungkin perlu ada semisal gambaran tentang bagaimana intervensi langsung pada Balita Stunting, bagaimana pemberian PMT Lokal-nya.