Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Tuhan, Aku Mau Curhat..."

25 Mei 2019   22:32 Diperbarui: 25 Mei 2019   22:52 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuhan, karena Engkau maha Esa, hanya satu dalam alam semesta ini maka sekali-kali aku tumpahkan unek-unekku. Kalau Engkau banyak mungkin aku harus menggilir agar dapat bercerita juga dengan teman-temanmu. Namun karena ke-esaanMu maka memudahkan diriku untuk tidak bercerita pada selain Engkau.

Mau bercerita pada manusia kok sepertinya percuma, tak ada apa-apanya bila dibandingkan Engkau Tuhan. Engkau yang menciptakan mereka, bagaiman mungkin aku menyandarkan diriku pada sesama manusia. Mereka juga kadang bingung, kadang tidak mengerti apa yang harus dilakukan, sama seperti aku saat tersesat.

Tuhan, kalau Engkau sudi melihat, maka namaMu tidak pernah luput disebut oleh orang-orang baik itu di surau, musholla, masjid maupun tempat-tempat lainnya. 

Orang-orang di negeri kami masih juga mengimani Engkau, melalui risalah yang dibawa oleh nabiMu. Asmamu selalu terucap dari mulut orang-orang, tidak peduli apakah mereka kategori soleh, mendekati soleh atau pura-pura soleh. 

Bisa kupastikan namaMu masih cetar membahana di negeri kami. Dalam solat-solat kami, dalam ibadah-ibadah kami, dalam tarikan nafas dan jalan kami selalu namamu menggema.

Namun Tuhan, mengapa kedamaian dan kemakmuran belum juga Engkau turunkan ke negeri kami. Bukankah katanya Engkau maha pemurah. Bahkan Engkau suruh orang-orang untuk meminta pada-Mu. Engkau pernah berkata "Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian". 

Namun hingga kini permintaan kami dalam doa-doa rakyat belum Engkau wujudkan. Malahan yang terjadi hanya gara-gara persoalan sepele dengan mudahnya kami bertengkar, saling caci dan hujat. 

Konflik antar penyembahMu justru meningkat tajam akhir-akhir ini, padahal kami sama-sama berdoa dan berserah padaMu. Apakah memang ini jalan yang Engkau tentukan untuk mengabulkan doa kami menjadikan bangsa kami menjadi bangsa yang maju, makmur dan penuh keadilan.

Ah Tuhan, Engkau membuatku bingung. Tampaknya aku berjarak sangat jauh darimu hingga tak paham akan diriMu. Aku hanya sebatas kenal namamu, dan hanya sedikit sifat tentangMu. 

Pun demikian, dengan bekal sekedarnya itu, kadang aku merasa paling tahu, paling alim dan terkadang menganggap orang lain tidak tahu apa-apa. Aku yakin kejadian ini juga tak lepas dari keputusanMu juga kan Tuhan. Bukannya semua kejadian di alam semesta ini sudah Engkau tuliskan di Lauhul Mahfudz?

Kadang aku bertanya, kalau semuanya sudah Engkau tuliskan dan tentukan di Lauhul Mahfudz terus buat apa aku ada di dunia ini. Aku tidak perlu berlaku apa-apa pasti segala sesuatunya akan terjadi juga kan. 

Bahkan daun yang jatuh dari pohon pun sudah Engkau tentukan daun yang mana, kapan jatuhnya, jatuh di sebelah mana sampai sedetail-detailnya. Aku masuk surga atau neraka pun sudah Engkau tentukan pula suratannya. 

Ah kadang-kadang pusing aku memikirkan ini semua Tuhan. Mungkin ini salahku, tidak mengenal Engkau dengan baik dan juga menyamakan Engkau dengan persepsi manusia yang sarat keterbatasan. Untung masih Engkau selipkan iman di hatiku sehingga dalam pusingku tidak lantas pergi meninggalkanMu. 

Justru kepusingan itu membuatku untuk berusaha lebih dekat dan mengenalMu lebih dalam. Banyak algoritma yang masih aku harus pelajari. Algoritma kehidupan buatanMu yang sangat canggih dibanding sekedar pemrograman buatan manusia.

Tuhan, meskipun doaku, usahaku tidak langsung atau bahkan tidak pernah dikabulkan di dunia aku tidak akan protes. Sungguh aku takut kualat padaMu. 

Enggak apa-apa 'kan Tuhan aku takut padaMu, daripada aku takut pada sesama manusia atau pada benda-benda ciptaanMu. Yang pernah aku tahu bahwa apapun yang terjadi padaku adalah pasti hal terbaik yang Engkau berikan.

Terakhir Tuhan, aku hanya minta berilah rasa sabar dan syukur yang menetap dalam hatiku. Aku yakin saat aku punya syukur, seberapa besar nikmat yang Engkau berikan, aku tidak akan terlena dan melupakanMu. 

Sebaliknya saat aku punya sabar, seberapa besar dan lama kepahitan dan kesangsaraan hidup maka aku tetap akan kuat menjalaninya dengan keikhlasan. Mau hujan batu, hujan emas, kepedihan, kesengsaraan, angin topan maupun gemerlap kemewahan tak akan pernah mempengaruhiku untuk berbakti padaMu Tuhan. Aku hanya ingin tetap tersenyum atas setiap tarikan nafas dalam hidupku apapun takdir yang Engkau tetapkan Tuhan.

MRR, Bks-25/05/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun