Mohon tunggu...
M Jazuli Rahman
M Jazuli Rahman Mohon Tunggu... Guru - Guru, pegiat outdoor, aktivis kebencanan.

Mrjazuli@gmail.com https://www.instagram.com/jazuli_rahman/ https://www.facebook.com/jazuli.rahman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pak Guru Daring

21 Maret 2021   08:08 Diperbarui: 21 Maret 2021   08:32 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via kreativv.com

 "Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak". Sapa Pak Guru di grup WA kelas.

 Di depan cermin Yunita membuka gawainya. Dilihatnya sebentar kemudian ditutupnya kembali. Dia tidak ingin kebahagiannya hari ini terusik grup kelas daring tersebut. Berdiri disampingnya seorang ibu yang memegang alat-alat make up. Dituliskannya pensil warna hitam ke alis Yunita. Tukang rias itu melakukannya dengan hati-hati. Hari ini Yunita memutuskan menikah. Sudah beberapa bulan ini dia jatuh hati dengan kak Udin, supir truk milik ayahnya. Semenjak kak Udin menjadi supir truk milik ayahnya. 

Yunita tidak konsentrasi sekolah daring. Meski mereka terpaut umur lumayan jauh : Yunita 14 tahun, Kak Udin 23 tahun. Apalagi Yunita tidak pergi ke sekolah saat pandemi ini. Pagi-pagi selalu dia temui laki-laki yang memikatnya. Awalnya belajar secara daring tetap dilakoninya setiap hari. Namun semenjak cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, mereka resmi menjalin kasih. Kasih anak muda yang terlalu muda untuk memahami hidup berumah tangga. Tetapi keputusan itu harus diambil. Ayah Yunita tidak ingin anaknya berlaku di luar batas. Menikahkan menjadi pilihannya. Toh dia kenal Udin juga pemuda yang baik dan bertanggung jawab. Mereka dinikahkan di bawah tangan. Tanpa ada pencatatan di KUA. Nikah secara sah agama saja sudah banyak dilakukan di desa ini. Menikah muda sudah bukan menjadi hal yang aneh. Terutama wanita. Pendidikan tinggi bukan tujuan utama.

Tiba-tiba notifikasi WA berbunyi lagi. Yunita buka lagi gawainya. Di grup pak Guru terdengar berbicara,

"Anak-anak, semoga kalian dalam keadaan sehat semua. Selasa yang lalu kita sudah mempelajari tentang unsur-unsur puisi. Nah hari ini kita akan belajar cara menulis puisi yang baik." Yunita terdiam  sebentar. Kemudian dia tersenyum. Semakin mantap dia menerima Kak Udin menjadi suaminya. Dia ingat Puisi itu. Puisi yang dikirimkan Kak Udin kepadanya. Tidak pernah dia temukan lelaki berpuisi seindah itu.

***

"Waalaikumsalam, pagi pak!" terpampang chat si Dawai di grup WA menjawab salam.

Dawai dengan semangat membalas chat Pak Guru. Hari ini belajarnya menggebu-gebu. Pak Guru menjanjikan akan kirimkan video buatannya. Sudah dibayangkannya video cerita pelajaran yang menarik. Ibu Dawai dengan setia mendampingi anaknya belajar.

"Anak-anak berikut bapak akan kirimkan video pembelajaran menulis puisi di grup WA ini. Bapak juga kirimkan di classroom. Di sana juga ada alamat web site yang bisa kalian baca. Nanti setelah selesai nonton dan baca kita diskusi di grup WA ini" jelas pak guru.

Dawai membuka tautan video yang dikirimkan Pak Guru. Isinya Pak Guru ceramah tentang cara menulis puisi. Lama-lama dia bosan lihat wajah gurunya seperti itu saja. Ceramah Pak Guru terdengar garing. Matanya mulai mengantuk.

"Ayo Dawai, baca lagi teks penjelasan di situs internet yang mama buka ini." Perintah ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun