Baik Kawruh Jiwa dan Trait Theories of Leadership, keduanya berasal dari hipotesa bahwa Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh pemimpin. Keduanya juga berusaha mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat yang membedakan pemimpin dari pengikut, atau pemimpin yang sukses dari yang gagal.Â
Namun, terdapat sebuah perbedaan mendasar antara Kawruh Jiwa " "mboten gumantung papan, wekdal, lan kawontenan" oleh Ki Ageng Suryomentaram dengan Trait Theories of Leadership
- Kawruh Jiwa "Mboten gumantung papan, wekdal, lan kawontenan" adalah sebuah konsep filosofis yang berasal dari kebudayaan Jawa, yang berarti "tidak tergantung pada tempat, waktu, dan keadaan". Konsep ini menggambarkan sikap hidup yang mandiri, tenang, dan bijaksana, yang tidak mudah terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal. Konsep ini juga mencerminkan pandangan Ki Ageng Suryomentaram tentang hakikat manusia, yang merupakan bagian dari kawruh jiwa atau ilmu pengetahuan diri.
- Trait Theories of Leadership adalah sebuah paradigma ilmiah yang berasal dari Barat, yang berusaha menjelaskan fenomena kepemimpinan secara empiris, rasional, dan objektif. Paradigma ini menghasilkan berbagai penelitian dan teori yang berbeda-beda, yang mencoba mengukur dan menguji validitas sifat-sifat kepemimpinan. Paradigma ini juga mencakup berbagai kritik dan kontroversi yang menantang asumsi-asumsi dan metodologi yang digunakan.
Perbedaan yang mendasar ini terdapat pada metodologi yang digunakan oleh Ki Agung Suryomentarang, yaitu menggunakan pengalaman dan pemikiran filosofis tentang diri manusia dan sifat baik buruknya. Sementara Trait Theories of Leadership menggunakan teori - teori yang tercipta dari sebuah fenomena kepemimpinan.
Ajaran - ajaran Ki Agung Suryomentarem adalah warisan spiritual yang sangat berharga, yang dapat memberikan inspirasi dan pencerahan bagi siapa saja yang ingin mencari kebahagiaan sejati. Seorang pemimpin yang mampu menerapkan semua ilmu yang diajarkan seperti konsep 6 " Sa " yaitu, Sa-Butuhne ( Sebutuhnya ), Sa-Perlune ( Seperlunya ), Sa-Cukupe ( Secukupnya ), Sa-Benere ( Sebenarnya ), Sa-Mesthine ( Semestinya ), dan Sa-Penake ( Seenaknya ), Konsep " Mulur, Mungkret ", Konsep Mawas Diri " nyowong karep, memandu karep, dan membebaskan karep " dan mampu menghilangkan sifat buruk Meri ( Iri Hati ), Pambegan ( Sombong, Angkuh ), Getun ( Kecewa pada keadaan yang telah terjadi ), Sumelang ( Khawatir, Was - was pada suatu hal dan keadaan yang belum terjadi ) akan menjadikan pemimpin tersebut sebagai pemimpin yang baik, berintegritas, rendah hati, dan tidak akan mengambil pilihan yang hanya menguntungkan diri nya sendiri, sehingga dapat mencegah banyak nya kasus kepemimpinan yang terjadi, seperti korupsi
Sumber :
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf (uin-suka.ac.id)Â
Afif, Afthonul, Matahari dari Mataram, Menyelami Spiritalitas Jawa Rasional Ki Ageng Suryomentaram (Depok: Penerbit Kepik, 2012)Â
Mantyasih, Ki Ageng, Kawruh Begja Sawetah; Jabaran Ilmu Keberuntungan Ki Ageng Suryomentaram (Semarang: Dahara Prize, 2013).Â
Rusdy, Sri Teddy, Epistemologi Ki Ageng Suryomentaram, Tandhesan Kawruh Bab Kawruh (Jakarta: Yayasan Kertagama, 2014)Â
Abd. Muid N., Mulawarman Hannase, Abdullah Safei, Tasawuf Qurani Jawi Ki Ageng Suryomentaram Studi Kawruh Jiwa
Â