Banyak jiwa yang bisa terbunuh karena narasi. Banyak nestapa yang akan muncul karena salah niat ketika membuat narasi.
Seorang narator yang dipenuhi nafsu angkara mungkin bisa mengemas narasi yang enak dibaca dan didengar. Ia bisa mendapatkan semua pujian manusia. Namun, tentu, Tuhanlah yang akan tahu isi hati seseorang. Tuhan pasti "membaca" narasinya, setiap detik.
Kelak, Dia akan meminta pertanggungan jawaban atas segala narasi negatif yang dibuat. Bahkan, ada karma di dunia yang akan menderanya. Yakinlah.
Saya berdoa, negeri besar ini tidak hancur karena narasi yang menghancurkan. Atau, saling klaim bahwa narasinya yang paling benar dan layak dipercaya.
Ketimbang berlomba membuat narasi yang menunjukkan ke-aku-an,
Mengapa tidak berlomba saja membuat narasi-narasi yang membangun jiwa?Â
Kasihanilah negeri ini...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H